Purwakarta, SpiritNews-Lembaga survei Indo Barometer membandingkan elektabilitas sejumlah tokoh untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat (Jabar) 2018 mendatang.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi masuk dalam lima besar tokoh dengan elektabilitas tertinggi.
Lima tokoh dengan presentase tertinggi hasil survei Indo Barometer ialah Ridwan Kamil 22 %, Deddy Mizwar 14,1 %, Dede Yusuf 11,8 %, Dedi Mulyadi 7,3 %, dan Rieke Diah Pitaloka 2,4 %.
Menanggapi hasil survei itu, Dedi mengaku bersyukur namanya termasuk dalam tokoh yang diperhitungkan dalam bursa Pilgub Jabar 2018. Dia menganggap itu sebuah berkah baginya sebagai ‘orang desa’.
“Alhamdulillah kalau disebut, uyuhan sakitu oge (bersyukur segitu juga). Saya ini orang desa, hasil survei disandingkan dengan Ridwan Kamil, Dede Yusuf, Deddy Mizwar, Rieke, uyuhan weh pokokna mah lah,” kata Dedi di rumah dinasnya, Jumat (24/3/2017).
Meski diperhitungkan dalam bursa Pilgub Jabar, tidak serta merta membuatnya ingin segera memutuskan ikut bersaing dalam pilkada tahun 2018. Dedi mengaku masih fokus di Purwakarta.
“Saya juga belum putuskan maju. Saya mau selesaikan dulu Purwakarta, ini tahun terakhir jabatan saya di Purwakarta,” katanya.
Pria yang kerap berpakaian pangsi ini berseloroh, saat ini, banyak pihak membicarakan politik pilkada sedangkan Pilgub Jabar masih menyisakan waktu satu tahun lebih. Ia lebih memilih membangun Purwakarta.
“Saya belum tertarik di pilkada, mending urusin hal-hal berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, ngurus kemandirian desa, pertanian organik dan hal-hal bermanfaat lainnya saja. Kan Pilgub Jabar juga masih lama, setahun lebih loh itu,” kata Dedi.
Sementara itu, istri Gubernur Jabar, Netty Prasetiyani digadang-gadang akan maju dalam bursa cagub-cawagub Jabar periode 2018-2023. Meski demikian Netty mengaku hingga kini belum menentukan pilihannya dan masih fokus mendampingi sang suami.
“Ibaratnya kan Pak Gubernur (Ahmad Heryawan) ini mau mendarat, landing. Karena masa dua periodenya akan selesai. Saya ingin mendampingi suami dulu untuk menuntaskan masa jabatan dengan baik dan landing secara selamat,” ujar Netty kepada wartawan saat menghadiri salah satu acara di Kota Cirebon, Jumat (24/3/2017).
Jika nantinya maju, Netty pun tak mempermasalahkan adanya istilah politik dinasti. Pasalnya hal itu tidak melanggar hukum. “Saya berharapnya orang melihat bukan dari sisi kaitan hubungan. Tapi kapasitas seseorang. Tapi setiap orang berhak berpendapat (dinasti). Yang jelas kan tidak melanggar hukum. Lalu orang itu punya kapasitas, kemampuan, dan dukungan, saya pikir tidak masalah,” katanya.
Disinggung soal hasil survei namanya masuk namun di posisi bawah, kader PKS ini pun tak mempersalahkannya. Terlebih saat ini belum ada keputusan apakah dirinya akan maju atau tidak.
“Ya biasa aja (hasil survei). Belum ada partai yang mau usung juga, tunggu saja nanti. Sekarang saya masih ngurusin kekerasan di Jabar saja,” pungkas wanita yang juga Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar itu.(*)