Jakarta, SpiritNews-Pemerintah berupaya meningkatkan iklim investasi minyak dan gas (migas) di Inodnesia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM,) Ignasius Jonan, mengatakan, iklim investasi migas juga dipengaruhi oleh harga minyak dunia. “Tidak ada satu orang pun dapat memperkirakan harga minyak dunia,” tegas Menteri ESDM, Selasa (11/4/2017).
Menurutnya, harga minyak dunia sangat bergantung oleh faktor eksternal, tidak ada orang ataupun organisasi yang dapat mengendalikannya.
Untuk mengantisipasi ketidakpastian harga minyak, maka industri hulu migas harus efisien dan kompetitif dalam melaksanakan kegiatan operasinya.
“Untuk mengantisipasi ketidakpastian, industri hulu migas harus melakukan efisiensi besar-besaran agar kompetitif. Ini adalah semangat kami juga kontraktor tentunya. Kami terjemahkan itu dalam kebijakan gross split, prinsip fairness,” kata Menteri ESDM.
Wakil Menteri ESDM, Arcandra menambahkan bahwa kebijakan gross split mengedepankan prinsip fairness dan manajemen resiko dari industri hulu migas. Skema gross split juga meminimalisir resiko ketidakpastian harga minyak.
“Risiko terbesar industri migas salah satunya adalah harga minyak. Kalau harga minyak lebih rendah dari yang diharapkan maka akan ada tambahan split bagi kontraktor higga 7,5 persen, begitu pula sebaliknya jika harga minyak lebih tinggi, maka Pemerintah yang akan mendapatkan tambahan split. Artinya Pemerintah dan Kontraktor mempunyai resiko yang sama. Share the pain, share the gain,” jelas Arcandra.
Menurutnya, PSC gross split membuat proses procurement dan eksekusi proyek di lapangan lebih cepat dan efisien.
“Penghematan atau efisiensi waktu proyek bisa mencapai 25 persen. Ada suatu proyek migas, dengan PSC cost recovery akan memakan waktu selama 105 bulan, tapi jika menggunakan PSC gross split hanya butuh 83 bulan,” katanya.(*)
Pemerintah Tingkatkan Iklim Investasi Migas di Indonesia
