Karawang, SpiritNews-Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang ada di Waduk Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat tidak mampu memenuhi kebutuhan listrik untuk sektor industri yang ada di Kabupaten Karawang, Purwakarta, Subang dan Indramayu.
Hal itu dikatakan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi saat membuka Training of Trainer (TOT) Penguji dan Pemagang Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diselenggarakan oleh PWI di Resinda Hotel, Jumat (14/4/2017).
“PLTA Jatiluhur itu tidak mampu memenuhi kebutuhan listrik untuk industri yang ada di Kabupaten Karawang, Purwakarta, Subang dan Indramayu,” kata Dedi.
Dengan kondisi ini, kata Dedi, hampir semua perusahaan yang tersebar dibeberapa kawasan industri dan di zona industri di empat kabupaten itu membuat pembangkit listrik sendiri dengan menggunakan bahan bakar batu bara.
“Batu bara itu diambil atau dibeli dari Kalimantan. Pabriknya ada di Jawa Barat, tetapi yang mendapatkan hasil atau pendapatan asli daerah (PAD) Kalimantan. Pabriknya di Jawa Barat, yang kaya orang Kalimantan,” katanya.
Dikatakan, hal ini yang seharusnya diperhatikan oleh pemerintah. Pembangunan harus merata. Menurutnya, Jawa Barat dan Banten adalah Sunda, yang artinya cai (air). Energi yang ada di Jawa Barat dan Banten itu adalah air pengunungan.
“Di Jawa Barat dan Banten semua bencana pasti sudah dialami masyarakat. Seperti bencana banjir, dan longsor. Seperti yang terjadi baru-baru ini di Kabupaten Garut,” jelasnya.
Dijelaskan, bencana ini terjadi karena ulah manusia yang telah menebang pohon, aktivitas galian tanah merah, galian batu kapur, dan lain-lain. Ini semua untuk kepentingan industri tanpa memikirkan akibatnya.
Lebih lanjut dikatakan, dengan banyaknya sumber air di Jawa Barat, seharusnya mampu memenuhi kebutuhan listrik untuk industri, karena bisa membangun PLTA-PLTA yang baru.
“Sehingga para investor tidak lagi membuat pembangkit listrik sendiri dengan bahan baku batu bara,” ungkapnya.(sir)