Bandung, SpiritNews-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) mendorong pelaku usaha untuk mengembangkan wisata halal.
Pasalnya, berbagai produk baik makanan, minuman, fashion, atau jasa wisata halal kini telah menjadi tren di kalangan masyarakat Tanah Air bahkan dunia.
“Hal ini akan menjadi potensi ekonomi besar, karena produk halal kini tak hanya dikonsumsi umat Islam, tetapi juga oleh masyarakat non muslim,” kata Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar disela-sela Bazar UMKM Syariah Jawa Barat, di Masjid Pusdai Jawa Barat Kota Bandung, Jumat (14/4/2017).
Dikatakan, peluang usaha berbagai produk halal sangat besar sehingga dirinya sangat mengapresiasi hadirnya para pelaku usaha yang “concern” di bidang syariah.
Menurutnya, produk usaha syariah tidak hanya menjadi kebutuhan umat Islam, tetapi juga menjadi kebutuhan khalayak luas seiring meningkatnya tren halal lifestyle secara global.
Dijelaskan, dalam Global Islamic Economy Report 2015-2016, diperkirakan total pengeluaran Muslim dunia pada 2014 di sektor makanan dan minuman halal serta lifestyle mencapai 1,8 triliun Dolar Amerika atau sekitar 11,6 persen dari total pasar global.
Sektor Makanan dan Minuman Halal (Halal Food) memberikan kontribusi terbesar, yaitu 1.128 miliar Dolar Amerika atau 17 persen dari total pasar global sebesar 6.755 miliar Dolar Amerika dan diproyeksikan akan tumbuh 5,8 persen hingga mencapai 1.585 miliar Dolar pada 2020.
“Sektor Travel kontribusinya sebesar 142 miliar Dolar Amerika dan diproyeksikan akan tumbuh hingga mencapai 233 miliar Dolar Amerika,” ujar dia.
Sementara sektor Fashion, kontribusinya sebesar 230 miliar Dolar Amerika dan diproyeksikan akan tumbuh hingga mencapai 327 miliar Dolar Amerika.
Sektor Media dan Recreation kontribusinya sebesar 179 miliar Dolar Amerika dan diproyeksikan akan tumbuh hingga mencapai 247 miliar Dolar Amerika.
Sektor Pharmaceuticals kontribusinya sebesar 75 miliar dollar Amerika dan diproyeksikan akan tumbuh hingga mencapai 106 miliar dollar Amerika. Adapun sektor Cosmetics berkontribusi sebesar 54 miliar dollar Amerika dan diproyeksikan akan tumbuh hingga mencapai 80 miliar dollar Amerika pada 2020.
“Begitu besar prospeknya kalau kita tekuni. Nah, berangkat dari hal tersebut saya mendorong kepada seluruh pelaku UMKM Syariah untuk terus meningkatkan kualitas dan kehalalan produknya, karena peluang pasar halal lifestyle sangat besar,” kata dia.
“Bahkan dewasa ini produk-produk halal tidak saja dikonsumsi oleh umat Islam, tetapi juga oleh saudara-saudara kita yang Non Muslim,” lanjut dia.
Dirinya juga mengaku heran karena wisata Halal nasional belum berkembang baik, padahal potensinya sangat besar dan berbeda dengan negara Singapura dimana bisnis wisata halalnya jauh lebih besar.
Menurut dia pelaku usaha Indonesia belum sepenuhnya fokus terhadap pengembangan industri halal nasional.
“Nah, lucunya wisata halal di Singapur jauh lebih besar daripada wisata halal di Indonesia. Artinya apa? Potensi Indonesia menyumbangkan wisata halal sangat hebat potensinya, cuman belum digali oleh pelaku usaha. Peluangnya sangat besar bagi siapa pun pelaku usaha, apalagi pelaku usaha syariah dengan prinsipnya halalan thoyyiban,” kata dia.
“Peluang masih besar saudara-saudara. Jadi bagaimana kita bisa menggali potensi tadi dan bekerjasama dengan berbagai pihak, sehingga bisa meningkatkan, menjadikan, mewujudkan pembangunan potensi tadi menjadi sumber-sumber ekonomi syariah,” lanjutnya.
Ia menuturkan potensi produk halal menjadi sangat besar karena dapat memenuhi nilai-nilai mutu serta keamanan untuk dikonsumi. Hal ini penting karena dalam era perdagangan pangan global saat ini, pangan yang bermutu dan aman (food safety) menjadi sebuah keniscayaan. Dengan demikian, hadirnya usaha syariah dan produk halal akan menjadi nilai tambah produk UMKM lokal, serta menjadi kekuatan penting untuk bersaing di era masyarakat Ekonomi Asean dan pasar global yang lebih luas.
Selain itu, ia juga berpesan kepada para pelaku usaha untuk terus berinovasi memanfaatkan peluang besar wisata halal ini. Terlebih lagi, Indonesia akan mengalami Bonus Demografi dimana angkatan kerja (umur 15-64 tahun) akan mencapai 70%.
Apabila Indonesia bisa memanfaatkan momentum tersebut, maka negara kita akan menjadi pemain global (global player) atau salah satu dari lima negara dengan ekonomi terkuat di dunia.
“Persoalannya tergantung dari kita, kalau kita tidak terus berinovasi, ya momentum tadi (Bonus Demografi) akan hilang, ga akan terjadi. Yang akan terjadi adalah banyaknya pengangguran. Kalau kita berhasil mengatasi itu, pengangguran tadi dengan mengembangkan wirausaha, maka tahun 2030 diprediksi oleh berbagai lembaga internasionsal Indonesia menjadi global player,” kata dia.
“Mampu nggak kita menjawab tantangan tadi. Harus mengubah mind set orang-orang tua — terutama jangan hanya cekoki anaknya sekolah yang pintar, yang tinggi, cepat lulus, terus kerja. Bukan. Harus bagaimana mengembangkan entrepreneurship mereka, jiwa usaha mereka, sehingga menjadi pencari kerja, pemberi kerja, apalagi di bidang syariah,” lanjut dia.
Hingga saat ini Pemprov Jawa Barat tidak hanya mendorong pelaku UMKM melalui pendidikan dan pelatihan teknis saja, namun juga berupaya dalam menghadirkan perizinan usaha secara online, sertifikasi produk halal secara gratis, pendampingan teknologi dan informasi, manajemen, membantu pemasaran melalui teknologi e-market dan marketplace, dan Bale Kewirausahaan Jawa Barat.
Selain itu, beberapa waktu lalu Pemprov Jawa Barat juga telah meluncurkan Pasar UMKM Ciroyom Mall, serta Nota Kesepahaman dengan Unsur Jabar Masagi untuk pengembangan UMKM di Jawa Barat.(*)