Kabupaten Bandung Barat, SpiritNews-Wakil Bupati Kabupaten Bandung Barat, Yayat T. Soemitra yang berencana akan maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bandung Barat 2018 mendatang sebagai bakal calon Bupati dari PDIP.
Rencananya untuk maju di Pilkada 2018 tersebut dibuktikan dengan pengembalian formulir pendaftaran ke Kantor DPC PDIP Kabupaten Bandung Barat bertepat dengan Hari Lahir Pancasila, Kamis 1 Juni 2017.
Mengapa Yayat memilih pengembalian formulir di tanggal 1 Juni dan penuh kesederhanaan ? Yayat mengaku 1 Juni ini merupakan hari bersejarah baginya karena ada pemikiran Bung Karno lebih dari 4 dasawarsa.
“Dalam 1 Juni itu, saya punya kenangan yang panjang. Hari-hari yang sangat bersejarah dalam hidup. Tanggal ini adalah tonggak perjuangan saya,” kata Yayat di Kantor DPC PDIP Kabupaten Bandung Barat, Kamis (1/6/2017).
Ia mengaku masih ingat betul, sejak SMA di tahun 1977 saat menjabat sebagai Ketua DPP Gerakan Siswa National Indonesia (GSNI). Ini adalah salah satu organisasi pelajar berideologi marhaenisme yang dilihat gerak geriknya oleh pemerintah saat itu.
“Salah satu yang tidak akan saya lupakan, karena saya selalu diposisikan pada posisi yang menjadi dicurigai. Selalu dipantau setiap gerak,” katanya.
Dalam pandangannya, Pancasila itu tidak bisa dipisahkan dari sila per sila. Kelima sila adalah kesatuan utuh yang tak dapat dipisahkan. Jika berbicara sila kesatu maka itu mencakup sila 2,3,4 dan 5.
“Pancasila itu satu rangkaian. Tidak bisa dipisahkan. Sedangkan saat Orde Baru, Pancasila merupakan tafsir resmi dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Sedangkan kita yakin bahwa ajaran Bung Karno 1 Juni,” urainya.
Tahun berganti tahun, aktivitas Yayat yang terus berkecimpung dengan pemikiran Bung Karno saat Orde Baru jaya bukanlah posisi tepat. Dalam berbagai kesempatan, Yayat nyaris dikucilkan.
Hingga di tahun 1985, saat Yayat menjadi aktivis mahasiswa di tingkat nasional. Dia bertemu dengan berbagai elemen pemuda tingkat nasional untuk sebuah acara bertema “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila”.
Kala itu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI adalah Abdul Gofur dan Program P4 dipegang kendali oleh Sarwo Edhie. Dalam acara tersebut, dirinya terlibat perdebatan sengit dengan pemuda lainnya se-Indonesia tentang pemaknaan Pancasila.
“Saat itu Orde Baru sangat kuat. Terjadi desukarnoisasi. Artinya, peran-peran Soekarno ditiadakan. Sedangkan saya belajar pemikiran Bung Karno sejak kecil, dari kakek saya, bahwa Pancasila itu adalah falsafah hidup,” tegasnya.
Alhasil, Yayat yang pernah menjadi pelajar terbaik tingkat Jawa Barat itu dikucilkan. Dalam berbagai kelompok dalam acara tersebut, nyaris orang yang dekat dengan Yayat kena imbasnya.
“Orang tidak ada yang mau dekat, jika ada saya didalamnya. Teman-teman lain sering jadi korban. Ibaratnya dicirian,” ujarnya.
Kini, setelah menunggu hampir 40 tahun, akhirnya di tahun 2016 Presiden Joko Widodo meresmikan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila. Inilah hari istimewa ketika semua orang mengakui pilihannya yang kala itu sering dianggap salah.
“Istimewa hari ini sehingga saya memberikan penghormatan besar. Spesialnya hari ini, dengan spirit Pancasila, bismillah saya menyerahkan formulir pendaftaran ke DPC PDIP,” ujarnya.
Yayat meyakini, pilihannya untuk menjadi orang nomor 1 di Kabupaten Bandung Barat sudah merupakan pilihan hidup untuk mewakafkan diri mengabdi untuk masyarakat. Langkah inilah yang dipandang oleh Ketua Umum PDIP Megawati.
Ia mengklaim, sejak tahun 2013 dia mendapatkan tugas khusus dari Megawati untuk bersiap-siap menggantikan Abubakar yang tidak bisa mencalonkan lagi menjadi Bupati Kabupaten Bandung Barat karena sudah dua periode.
“Saya ditugaskan oleh DPP untuk maju menjadi wakil bupati mendampingi Abubakar, saat itu juga Ibu Mega bilang secara lisan kepada saya, untuk meneruskan menjadi calon bupati dari PDIP di Pilkada 2018. Hingga saat ini penugasan dari Ibu Mega tersebut belum dicabut,” ucapnya.
Alumni IKIP Bandung (sekarang UPI) yang juga kader tulen Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini menjelaskan, pihaknya bisa bergelut dengan partai banteng karena memegang amanat Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.(gus)