
Banyuasin, SpiritNews-Buaya muara Banyuasin kembali mengganas, yang menjadi korbannya kali ini adalah Ibrahim (24) warga Dusun Sakatiga Desa Santan Sari kecamatan Sembawa Banyuasin, sekira pukul 13.00 WIB, Senin 6 Juni 2017, di kawasan tanah kedukan sekitaran lahan perkebunan PT KAM Desa Santan Sari.
Warga dan anggota BPBD Banyuasin melakukan pencarian semalaman, di kawasan itu. Korban baru ditemukan, keesikan harinya, Selasa (7/6/2017) pukul 11.30 WIB, sekira 1KM dari lokasi kejadian.
Kepala BPBD Banyuasin Indrahadi mengatakan, saat pertama kali ditemukan, jazad korban mengambang di parit kanal PT KAM, dengan kondisi tanpa busana, pinggangnya koyak dan perutnya diperkirakan sudah dimangsa buaya.
“Hanya perutnya yang terluka, tapi bagian badan yang lain masih utuh,” ujar Indrahadi.
Jasad korban pun dimasukkan ke dalam kantong mayat BPBD dan dievakuasi menggunakan kendaraan PT ke rumah duka.
“Korban dibawa ke rumah ruka untuk dimandikan dan disholatkan, sore ini akan langsung di makamkan di pemakaman umum Desa Sakatiga,” katanya.
Dia mengimbau kepada warga sekitar untuk waspada agar tidak keluar sendirian ke dekatvperairan, terutama setelah air pasang.
“Kami juga mengingatkan pada instansi terkait, yakni BKSDA agar mengambil tindakan. Sudah banyak warga yang jadi korban, jangan sampai bertambah lagi,” katanya.
Sementara itu, Abdul Wahid (46) ayah korban mengatakan, sebelum kejadian korban sempat pamit dengan istri dan putri semata wayangnya hendak mengambil rumput untuk makanan sapi, sembari memancing ikan di padang rumput perbatasan desa Limau dan Pulau Muning kecamatan Sembawa.
“Biasanya pukul 15.00 WIB dia sudah pulang, tapi hingga pukul 17.00 WIB belum sampai di rumah,” jelasnya.
Khawatir terjadi sesuatu Ayah korban menyusul ke TKP, namun hanya menemukan sepede motor korban, sendal jepit dan rumput makanan sapi yang sudah diikat. “Kemudian saya pulang ke desa meminta bantuan warga untuk mencari korban,” katanya.
Pencarian dilakukan sejak pukul 18.00 wib hingga pukul 11.30 wib keeseokan harinya. Jasad korbam ditemukan mengambang di parit galian PT.
“Ini sudah takdir hidupnya, kami hanya bisa berdoa agar dia tenang di alam sana,” jelasnya.
Dia menambahkan dalam satu terakhir ini sudah dua orang keluarganya tewas di mangsa buaya. “Sekira 7 bulan lalu keponakan saya yang dimangsa, kali ini anak saya,” lirihnya.
Dia berharap pemerintah segera mengambil tindakan, jangan sampai terjadi korban jiwa lagi.
“Kami tahu memburu buaya itu dilarang, tapi kalau sudah meneror warga seperti ini, saya rasa sudah saatnya pemerintah untuk bergerak,” harapnya.(*)