Jakarta, SpiritNews-Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, bergerak melemah tipis sebesar empat poin menjadi Rp13.287 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.283 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), tampaknya sikap pelaku pasar tidak seperti biasanya yang cenderung khawatir sehingga fluktuasi rupiah relatif stabil.
“Sebagian pelaku pasar mencoba bersikap optimistis di tengah kondisi ekonomi nasional yang kondusif meski The Fed diperkirakan merealisasikan kenaikan tingkat suku bunganya,” katanya.
Ia menambahkan bahwa menjelang pengumuman hasil pertemuan FOMC, penguatan dolar AS juga tidak terlalu tinggi terhadap sejumlah mata uang di kawasan Asia, data inflasi Amerika Serikat yang melambat menjadi salah satu faktornya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa membaiknya data Tiongkok serta kenaikan harga batubara akan menjadi salah faktor yang menahan tekanan rupiah lebih dalam terhadap dolar AS.
“Situasi itu membuka potensi bagi rupiah untuk kembali menguat terhadap dolar AS,” katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, nilai tukar rupiah dapat kembali tertekan jika kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate/FFR) terealisasi disertai oleh pernyataan Janet Yellen yang lebih “hawkish”.
Ia menambahkan bahwa neraca perdagangan Indonesia periode Mei 2017 yang diperkirakan sedikit menipis juga dapat menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS.(*)