Ipda Lubis: Sikap Radikal Mengakar dari Sifat Intoleransi

  • Whatsapp
Buka puasa bersama di Masjid Nurul Iman Puti Kartika Asri Arjowinangin, Kota Malang, Jawa Timur
Buka puasa bersama di Masjid Nurul Iman Puti Kartika Asri Arjowinangin, Kota Malang, Jawa Timur

Kota Malang, SpiritNews-Kanit V Keamanan Negara, Satuan Intelkam Polres Malang Kota, Ipda Lubis Ibroril Chosa, mengatakan, sikap radikal mengakar dan muncul dari sifat intoleransi. Khusus di Kota Malang, rasa toleransi masih menjadi sifat utama masyarakat.
Demikian dikatakan saat menjadi nara sumber ceramah keagamaan dengan tajuk “Menggali Nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 Dalam Perspektif Agama Islam” dan “Mewaspadai Ormas yang Bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, di Masjid Nurul Iman Puti Kartika Asri Arjowinangin, Kota Malang, Jawa Timur.
“Kita sebagai Islam tidak pernah mengajarkan tindakan intoleransi. Berbuat baik dengan sesama saja menunjukkan rasa toleransi. Ketika sifat intoleransi tumbuh maka negara terancam. Pancasila sudah jadi konsensus bersama para pendiri bangsa. Pancasila tidak melanggar pemahaman agama apapun. Pancasila sebagai titik yang bisa berdampingan dengan yang lain. Pancasila sudah mengakar dan sudah sepantasnya mendapat apresiasi masyarakat untuk tetap dilaksanakan,” papar Ipda Lubis.
Kepala Kesbangpol Kota Malang, diwakili Kabid Integrasi Bangsa, Drs. Tony Noermawan memaparkan, Indonesia menjadi salah satu tujuan teroris, karena dianggam tenteram. Isis menganggap indonesia harus menjadi sasaran utama.
“Untuk membentengi radikalisme dan intoleransi, mari pahami agama yang benar. Guru agama seperti pisau bermata dua, kalau menerapkan ajaran radikal adalah salah, tetapi harus memberi ajaran yang benar,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh komponen menjaga kesatuan dan persatuan. Meminimalisir kesenjangan sosial, dan menjaga nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari hari.
“Nilai-nilai pancasila mulai luntur khususnya dikalangan pemuda. Ada tiga cara dalam mencegah radikalisme dan intoleransi pertama, menjaga nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari sehari. Kedua, peran keluarga melindungi paham radikal terhadap anak, Ketiga, mengembangkan gotong-royong,” ungkapnya.
Sementara pengamat gerakan radikal Malang, Luthfi Khoirudin menegaskan, Pancasila disusun oleh tokoh-tokoh agama muslim agama lainnya. Negara kesatuan berdasarkan UUD 1945, merupakan konsensus yang sudah fisini.
“Segala paham yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 harus kita tolak. Sebab kalau dibiarkan, bisa merusak NKRI. Seluruh warga negara Indonesia harus menerima dengan tekat bulat pancasila sebagai pedoman hidup bangsa dan negara,” tegasnya.
Dalam kesempatan acara tersebut, Ketua Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) Jawa Timur, Satria Tunggara mendesak pemerintah agar menindak tegas organisasi masyarakat yang tidak sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945.(ony)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *