Pengunjung Pujasera De’Ranch Ricuh Saat Makan

  • Whatsapp
Suasana kericuhan pengunjung Pujasera De'Ranch Bandung
Suasana kericuhan pengunjung Pujasera De’Ranch Bandung

Kabupaten Bandung Barat, SpiritNews-Belakangan ini di media sosial beredar video perkelahian pengunjung di tempat wisata De’Ranch, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Kericuhan yang terjadi pada Rabu (28/6/2017) siang itu disebabkan oleh rebutan meja di pujasera De’Ranch.
Seorang korban kericuhan, Fatwa Surya Prawira (29) mengatakan kronologis kejadian tersebut. Menurutnya, awalnya dia datang bersama keluarganya dan keluarga kakaknya ke De’Ranch sekitar jam 10.00. Saat itu suasana di De’Ranch sudah cukup ramai, namun masih terdapat meja kosong di pujasera.
“Keluarga saya berempat. Saya, isteri saya, adik isteri saya, dan anak saya yang berumur 1,5 bulan. Kami masuk jam 10.00 langsung dapat dua meja yang digabungkan. Di situ kan enggak bisa langsung beli makanan, jadi saya dan keluarga saya beli makanan, sedangkan keluarga kakak saya beli makanan,” kata Fatwa saat dihubungi, Jumat (30/6/2017).
Sesudah makanan datang, lanjut dia, dua anak dari keluarga kakaknya ingin bermain-main dan naik kuda. Fatwa bersama kakak iparnya lantas menememaninya, sehingga yang duduk di pujasera tinggal tiga orang perempuan ditambah seorang balita.
“Itu jam 12.00. Nah, keluarga teman saya lalu datang dengan orangtuanya. Mereka tujuh orang, termasuk dua balita yang berumur 8 bulan dan 2 tahun. Keluarga teman saya itu juga langsung dapat meja, lalu digabungkan dengan meja kami,” tutur wisatawan asal Jakarta itu.
Ketika keluarga Zakky, temannya Fatwa, antre memesan makanan, hujan kemudian turun di De’Ranch, sehingga suasana di pujasera semakin dipadati pengunjung. Walaupun meja yang digunakan Zakky beserta keluarganya sudah disimpan tas dan barang-barang, sebagai penanda bahwa meja tersebut sudah ada yang punya, rupanya ada pengunjung lain yang ingin memakainya.
“Tempatnya (Zakky) itu kosong. Mereka kan antre lama, jadi dianggapnya tempatnya itu enggak ada yang punya. Padahal, di meja dan kursi itu sudah ada tas dan barang-barang. Saat itulah ada orang, yang bikin rusuh itu. Dia berdiri bawa makanan. Awalnya bertanya baik-baik, kemudian ditaruh saja piringnya di atas meja. Bu Iis (ibunya Zakky) ini bilang ke orang itu, kalau tempatnya sudah ada yang pakai. Dijawab cuma taruh makanan, karena orangnya belum ada,” tuturnya.
Enggak lama kemudian, lanjut Fatwa, pengunjung tersebut menarik kursi dan duduk di tempatnya Zakky. Menurut Fatwa, pengunjung tersebut berjumlah lima orang, yang terdiri atas 2 perempuan, 2 pria, dan 1 anak kecil. “Namun, dua orang berdiri. Tiga orang yang duduk itu dua cewek dan satu anak kecil. Makanlah mereka di situ sampai akhirnya teman saya datang,” katanya.
Sesudah Zakky dan keluarganya selesai memesan makanan dan datang ke mejanya, menurut Fatwa, Bu Iis sempat memberitahukannya lagi kepada pengunjung yang menggunakan meja itu. Akan tetapi, dengan alasan sedang makan, pengunjung yang memakai mejanya Zakky enggan langsung pindah.
“Mufti ini, adiknya Zakky ngomong, ‘Tapi orangnya sudah datang.’ Orang yang berdiri itu kan dua orang, mereka langsung menghadap ke saya, tapi berseberangan. Saya bilang, ‘Mas, ini tempatnya sudah ada yang punya, orangnya mau pakai.’ Dari situ, nadanya dia langsung keras. Dia bilang, ‘Kalian juga cuma duduk doang, enggak memesan.’ Saya bilang, ‘Coba apa, ulangi lagi?’ Kalau mejanya kosong, kan kami gantian memesan. Saya sudah makan, tapi saya juga beli makanan lagi. Kan antre, harus gantian biar mejanya enggak kosong. Namun, mereka llangsung bilang kalau kami enggak ada toleransi dan sebagainya,” tuturnya.
Setelah itu, menurut dia, keadaan jadi semakin panas. Mufti lalu dihampiri dan ditantang, namun Fatwa mencoba melerainya. “Refleks saya mendorong, dengan maksud untuk memisahkan. Tiba-tiba ada banyak orang yang datang, kayak mau mengeroyok. Ayahnya Zakky ini ikut memisahkan, jadi agak mendorong mereka. Umurnya 65 tahun, mau dipukuli juga,” ujarnya.
Dari kericuhan itu, Fatwa mengaku terkena pukul dan lemparan di bagian wajah dan belakang kepalanya, sehingga menyisakan lebam-lebam. Zakky dan Mufti, kata dia, juga ikut terluka dan telah divisum untuk kepentingan penyelidikan polisi. Beruntung, ayahnya Zakky tidak ikut terluka, setelah dibantu oleh Zakky.
“Zakky ini memisahkan seorang yang mau memukul ayahnya. Zakky lalu dipegangi oleh empat orang. Seorang yang muda lalu melempar piring ke kepalanya Zakky, kayak keceplok telor gitu. Mereka lempar-lemparan piring segala macam, sampai pengunjung lain juga kena. Saya juga dilempar piring batagor, jadi mata saya iritasi. Mereka sih aman. Mereka kan yang melempar-lempar ke arah kami, tapi kami enggak melawan,” ucapnya.
Menurut dia, kericuhan itu akhirnya reda setelah kedua pihak saling menahan diri, karena dari pihak De’Ranch kurang sigap dalam mengatasinya. Selang 5-10 menit, kata dia, petugas polisi menghampirinya dan memintai keterangan. Fatwa bersama sejumlah keluarganya Zakky bahkan ditanyai di Polsek Lembang untuk berita acara pemeriksaan sampai jam 23.00. Meski begitu, menurut Zakky, polisi tidak sempat mendata pengunjung yang melakukan penyerangan terhadapnya.
“Informasinya, pas kejadian itu polisi ini kurang personel. Kata polisi, pihak yang melakukan penyerangan itu berjumlah sekitar 20 orang dan mau menyerang lagi. Daripada bikin ricuh lagi, jadinya mereka ini diusir paksa dan enggak sempat didata identitasnya. Makanya, saya juga masih ikut mencari informasi, siapa sebenarnya pelakunya ini?” tuturnya.
Dia menambahkan, salah seorang dari rombongannya merupakan adiknya artis sekaligus Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Syamsuddin Said alias Pasha “Ungu”. “Isterinya Zakky itu Ane Putri Said. Dia itu adiknya Pasha ‘Ungu’. Untungnya dia enggak kenapa-kenapa. Cuma es krimnya saja diambil orang buat lempar-lemparan. Itu saja sih, lucu sebenarnya,” tukasnya.(gus)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *