Kota Cimahi, SpiritNews-Sejumlah sekolah favorit di Kota Cimahi mulai didatangi orang tua siswa setelah dibukanya pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMP jalur akademis.
Seperti terlihat di SMP Negeri 1 Cimahi di Jalan SMP, SMP Negeri 3 Cimahi di Jalan Sriwijaya, dan SMP Negeri 2 Cimahi di Jalan Sudirman.
Ketua Panitia PPDB SMP Negeri 1 Kota Cimahi, Cece Suparya mengatakan, saat ini calon pendaftar yang datang kebanyakan bertanya mengenai informasi kuota dan zonasi.
“Kebanyakan orang tua siswa bertanya mengenai informasi kuota dan zonasi,” kata Cece, Selasa (4/7/2017) di kantornya.
Dikatakan, tahun ini pihaknya menyediakan 11 rombongan belajar dengan estimasi siswa sebanyak 32 orang tiap kelas untuk jalur akademis dan nonakademis.
Untuk yang afirmasi sudah ada sekitar 95 pendaftar dengan alokasi sekitar 70 siswa yang akan diterima dan sisanya dari jalur akademik.
Sementara di SMP Negeri 3 Cimahi memiliki jatah PPDB dari jalur afirmasi sebesar 20 persen yang diberikan untuk calon siswa yang merupakan anak dari anggota TNI.
Tapi jatah tersebut hanya dimiliki oleh SMP Negeri 3 Cimahi yang bangunannya berdiri di atas lahan TNI sehingga memiliki MoU dengan pihak TNI.
Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Nanang membenarkan hal tersebut. Bagi anak anggota TNI yang akan mendaftar ke SMP Negeri 3 Cimahi harus memenuhi beberapa persyaratan agar tidak ada yang menyalahgunakan wewenang.
“Kalau dari keluarga TNI mau mendaftar, harus memiliki surat rekomendasi dari Kodam, menyertakan KTA orang tua, dan KTP domisili,” kata Nanang.
Menurutnya, apabila pendaftaran melebihi alokasi yang telah ditentukan maka, calon siswa akan diseleksi menggunakan besaran nilai ditambah dengan nilai yang diperoleh dari zonasi.
“Nantinya akan diterapkan seleksi nilai dan penambahan nilai zonasi. Semakin dekat antar rumah dengan sekolah kemungkinan diterimanya semakin besar,” jelasnya.
Namun adanya sistem zonasi ini dinilai menyulitkan calon pendaftar yang rata-rata lebih memilih tempat sekolah yang dekat dengan domisili.
Seperti diutarakan oleh Eem, 40. Dia mengaku merasa dirugikan dengan sistem tersebut sebab persaingan menjadi kurang fair.
“Bisa saja nilainya kecil tapi Karena rumahnya deket sekolahan jadi diterima. Akibatnya bisa saja sekolah favorit kelebihan siswa nantinya,” kata dia.(gus)