Kabupaten Purwakarta, SpiritNews-Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menjelaskan alasannya tentang kebijakan pemagaran taman-taman yang ada di wilayah Kabupaten Purwakarta, terutama yang terletak di wilayah kota. Ia kerap menerima keluhan dari masyarakat terkait kebijakan ini, karena dianggap tidak pro terhadap ruang publik.
Keluhan tersebut disampaikan oleh masyarakat melalui kanal-kanal komunikasi yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta berupa sms center 08121297775, maupun kanal pribadi melalui sosial media milik Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.
“Banyak yang bertanya mengapa buat pagar, ya untuk melindungi pohon dan tanaman. Lihat saja kalau tidak dilindungi, terinjak dan malah tidak tumbuh,” jelas Dedi, Rabu (5/7/2017) saat ditemui di sekitar Taman Sri Baduga, Purwakarta.
Budaya tertib yang belum tercipta di tengah masyarakat juga menjadi alasan pria yang kini gemar mengenakan peci hitam tersebut untuk melakukan pemagaran taman. Ia menilai, kultur tertib masyarakat Indonesia terutama Purwakarta, belum semapan di Singapura.
“Rakyat kita belum setertib di Singapura. Padahal, andai saja mereka tertib, kami buka seluas-luasnya. Entah mengapa ya di kita ini kurang (tertib,red),” katanya menambahkan.
Meski ditutupi pagar di sekelilingnya, namun menurut Dedi, kebijakan yang dia lakukan tidaklah menutup akses ruang publik bagi masyarakat. Taman tetap dibuka meskipun dalam waktu yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah setempat. Ia sendiri mengharapkan tumbuhnya kedisiplinan warga masyarakat Purwakarta agar ke depan, taman dapat dibuka setiap waktu.
“Akhir pekan tetap kita buka, di beberapa tempat sudah dibuka setiap hari, seperti Taman Maya Datar di kompleks Setda Purwakarta, untuk area Taman Sri Baduga dan Taman Surawisesa memang masih kita batasi,” ungkapnya.
Dedi sempat menunjukan tanaman di sekeliling Taman Surawisesa di Jalan KK Singawinata Purwakarta yang terlihat lusuh akibat sering diinjak oleh pengunjung yang datang. Dengan mimik wajah yang tampak kesal, ia menyayangkan fenomena yang ia saksikan.
“Lihat saja tanaman yang tidak dilindungi pagar, banyak yang tidak tumbuh. Kalau sekelilingnya di lindungi kan, tidak terjadi,” pungkasnya.
Terdapat tiga taman di Purwakarta yang dipagari oleh teralis besi setinggi 5 meter, yakni Taman Pesanggrahan Padjadjaran atau Alun-alun Purwakarta, Taman Sri Baduga atau Situ Buleud, dan Taman Surawisesa yang kelak akan menjadi Taman Pintar yang diperuntukan untuk ruang publik yang ramah anak.
Sementara, Taman Citra Resmi (bagian luar Taman Sri Baduga), Taman Pancawarna, Taman Maya Datar dan Taman Pembaharuan tidak dipagari dan bebas dikunjungi warga setiap hari. Taman Pembaharuan dapat dikunjungi tanpa dibatasi waktu. Sementara Taman Pancawarna dan Taman Maya Datar dibatasi setiap harinya dari Pukul 15.00 WIB hingga Pukul 18.00 WIB.
Taman Pesanggrahan Padjadjaran atau Alun-alun Purwakarta sendiri hanya dapat dikunjungi setiap akhir pekan, setiap Minggu mulai Pukul 08.00 WIB sampai Pukul 17.00 WIB, dan Taman Sri Baduga yang didalamnya berisi air mancur terbesar di Asia Tenggara dibuka setiap malam minggu mulai Pukul 19.30 WIB sampai Pukul 22.00 WIB untuk penyelenggaraan pertunjukan air mancur. (reg/rls)