Kabupaten Subang, SpiritNews– Pertamina bersama dengan PT Perhutani Region VII kembali melakukan panen ikan kedua, pada kolam polikultur yang telah diujicobakan selama 6 bulan di wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Tegal Tangkil, Asper/BKPH Ciasem, Pamanukan KPH, Purwakarta , Rabu (12/7/2017).
Panen raya ini kembali dilakukan setelah sebelumnya sukses dengan kolam monokultur sebesar 2,5 ton ikan nila, dan 200.000 udang windu.
Hasil tersebut didapat dari 7 Hektar lahan yang dimiliki oleh Perhutani, yang tadinya lahan tidak produktif atau lahan tidur, diubah menjadi ekowisata yang mampu menghasikan manfaat untuk masyarakat.
Program yang terangkum dalam kegiatan Bina Lingkungan TBBM Cikampek ini memberdayakan 30 nelayan dari 2 kelompok dan 15 petani tambak untuk mengusung tema ekowisata blanakan. Disini nelayan diajari cara budidaya ikan hingga memasarkan ikan.
Panen Raya yang dihadiri oleh GM Pertamina MOR III, Mohammad Irfan, Kepala Divisi III Perhutani, Andi Purwandi dan Manager CSR & SMEPP Operation Pertamina, Sri Maryurias MD ini melibatkan instansi terkait dan berlokasi di sentra pelelangan dan budidaya Ikan yang sudah matisuri yaitu Blanakan, Subang.
“Dalam 10 tahun terakhir kami mengalami penurunan hasil tangkap yang signifikan di pantai utara jawa. Kehadiran Pertamina membangkitkan semangat melaut kami lagi,” ujar salah satu nelayan anggota Mina Bhukti, Supriyadi di lokasi panen.
Hal ini tidak dapat dipungkiri dikarenakan pertamina memberikan fasilitas kapal induk dan teknologi lampu yang mampu mendorong hasil tangkapan. Budidaya silviofishery dengan nila sebagai komoditas andalannya juga mampu mendongkrak hasil tambak.
Kemudian nelayan disekitarnya mengikuti apa yang Pertamina contohkan ini. Dalam sambutannya Mohammad Irfan berpesan bahwa, Pertamina selalu menjalankan program CSR berkelanjutan, sehingga inovasi tiap tahunnya diperlukan untuk menjawab tantangan pasar.
“Kami berharap dapat menemukan produksi dari ekowisata ini di supermarket-supermarket besar,” pesan Irfan dalam sambutannya.
Ia juga menyebutkan, apabila dievaluasi, maka tiap bulannya keuntungan kotor yang didapat petani dalam interval 2 bulan panen mencapai 48-60 juta rupiah dengan asumsi harga pasar ikan nila 18-20 ribu rupiah/kg nya.
“Kedepan ini diharapkan untuk menolong nelayan apabila harga ikan laut sedang turun dikarenakan cuaca, ataupun terjadi kelangkaan,” ungkapnya.
Sementara itu, Area Manager CSR & SMEPP JBB Sri Maryurias MD menandaskan, petani tidak usah khawatir jika adanya penurunan harga ikan. Sebab pihaknya sudah memikirkan secara end to end processnya. “Kita carikan pasar hingga tembus ke restoran dan hotel-hotel di Jakarta,” tandasnya.(ybs)