Kabupaten Mojokerto, SpiritNews-8 Hari tanpa listrik membuat 54 anak yatim di Panti Asuhan Vila Doa Yatim Sejahtera di Mojokerto, Jatim resah.
Mereka pun terpaksa iuran dengan memecah celengan (tabungan) untuk membayar denda senilai Rp 10,3 juta agar listrik kembali menyala setelah alirannya diputus PLN.
Salah satu anak panti, Ismi Fayatul (12) mengatakan, selama 8 hari tanpa listrik, dia kesulitan belajar pada malam hari.
Penerangan dari lilin dan lampur tradisional berbahan bakar minyak tanah, tak bisa membuatnya terang saat membaca buku pelajaran.
“Saat malam, tidurnya harus bareng-bareng teman dan pengasuh di aula. Karena takut tidur sendirian,” kata bocah kelas V MI Miftahul Ulum, Cempokolimo, Pacet ini kepada wartawan, Jumat (14/7/2017).
Panti Asuhan Vila Doa Yatim Sejahtera terletak di Bukit Jubel, Dusun Belor, Desa Kembangbelor, Kecamatan Pacet, Mojokerto. Panti ini dihuni 54 anak yatim, 3 lansia dan 5 orang pengasuh.
Bangunan panti ini tepat di tepi hutan yang jauh dari permukiman penduduk. Tak ayal, selama 8 malam tanpa penerangan, membuat anak-anak yatim itu ketakutan.
Aliran listrik ke panti diputus PLN sejak 3 Juli 2017 akibat tuduhan pencurian listrik.
Kondisi ini membuat anak-anak yatim itu tergerak untuk membantu pengasuh mereka. Seperti Ismi, anak yatim asal Pasuruan ini rela memecah celengannya untuk membantu pengasuh membayar denda ke PLN Rp 10,3 juta.
“Sisa uang saku kadang Rp 100, kadang Rp 500 dan Rp 1.000 saya masukkan celengan. Maunya saya pakai beli laptop untuk belajar,” ujarnya
Demi listrik kembali mengaliri panti, Ismi merelakan tabungannya selama sekitar setahun itu untuk membantu membayar denda PLN.
“Endak tahu dapat berapa, tapi itu atas inisiatif saya sendiri supaya lampu bisa segera menyala,” cetusnya.
Begitu juga yang dilakukan Aditiya Maulana (11), anak yatim asal Wonokromo, Surabaya. Demi listrik kembali mengaliri panti asuhan, bocah yang telah 4 tahun tinggal di Vila Doa Yatim Sejahtera ini merelakan tabungannya selama setahun terakhir.
“Rencana tabungan itu mau saya buat beli sepeda angin untuk bermain. Mau gimana lagi, supaya listrik menyala saya tunda dulu beli sepedanya, mau menabung lagi,” ungkapnya.
Sementara pengasuh panti, Mokhamad Mukhidin (37) mengatakan, uang tabungan milik 14 anak panti terkumpul Rp 2-3 juta. Dia bersyukur, saat persoalan ini mencuat, banyak donatur yang datang membantu.
“Alhamdulillah bantuan donatur dan tabungan adik-adik bisa untuk membayar denda ke PLN,” terangnya.
Sejak 11 Juli 2017, listrik kembali mengalir ke panti asuhan Vila Doa Yatim Sejahtera. Itu setelah denda Rp 10,3 juta dilunasi oleh pihak panti.
PLN memasang kembali meteran listrik yang sempat dicabut sejak 3 Juli 2017. (SpiritNews/Detik)