Kabupaten Purwakarta, SpiritNews-Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi mengeluarkan kebijakan terkait seragam sekolah dalam rangka menghadapi Tahun Ajaran 2017/2018 ini.
Menurut Dedi, tidak ada paksaan bagi pelajar SD dan SMP di Purwakarta untuk mengenakan seragam sekolah jika kondisi ekonomi pelajar tersebut dinilai kurang mampu.
Hal ini dia sampaikan disela kegiatan Sapa Pelajar di Hari Pertama Masuk Sekolah yang dilaksanakan di Bale Paseban Pendopo Purwakarta, Jalan Gandanegara nomor 25, Senin (17/7/2017). Ratusan pelajar dan puluhan guru tampak mengikuti kegiatan yang diawali dengan tadarrus al Qur’an bagi pelajar muslim tersebut.
“Cukup banyak keluhan dari orang tua yang tidak mampu membeli seragam, sepatu dan peralatan sekolah yang lain. Saya sampaikan, tidak ada paksaan untuk mengenakan seragam. Boleh nanti pelajar yang ekonomi keluarganya dinilai mampu itu membantu pelajar yang keadaan ekonominya kurang mampu,” jelas Dedi.
Untuk menerapkan kebijakan ini, pria yang kini selalu mengenakan kemeja putih dan peci hitam tersebut meminta kepada pihak sekolah agar melakukan indentifikasi terhadap keadaan ekonomi pelajar di masing-masing sekolah. Gerakan Empati kepada pelajar kurang mampu ia serukan untuk segera dilakukan.
“Hari ini pihak sekolah harus melakukan identifikasi, berapa pelajar yang keadaan ekonominya mapan, dan berapa pelajar yang keadaan ekonominya rawan. Kita gotong-royong saja untuk membantu yang kurang mampu,” katanya menambahkan.
Agar program ini tidak salah sasaran, Dedi juga meminta agar orang tua pelajar yang kurang mampu membuat pernyataan bahwa memang benar keadaan ekonomi keluarganya membutuhkan bantuan sehingga tidak mampu membeli seragam maupun peralatan sekolah.
“Di kita ini sering ada kebiasaan jelek, ngakunya keluarga kurang mampu tetapi gelang emasnya banyak sekali. Ini kan aneh, makanya saya minta pernyataan tertulis diatas materai bahwa memang benar keluarganya perlu dibantu,” tambahnya.
Kepada seluruh pelajar yang hadir, Dedi menyerukan bahwa esensi pendidikan adalah membangun peradaban dan empati merupakan salah satu ruh peradaban yang harus terbangun. Melalui sikap empati ini diharapkan tidak ada lagi pelajar yang minder saat menjalani kegiatan belajar di sekolah.
“Pelajar yang berasal dari keluarga mampu jangan suka pamer, pelajar yang berasal dari keluarga kurang mampu tidak perlu minder, ada empati. Itulah pendidikan, saling tolong, saling bantu,” pungkasnya. (reg/rls)