Tidak Ada Siswa Bodoh, Tidak Ada Siswa Nakal Ujar Asep Mahfudin

  • Whatsapp
Sebanyak 200 guru SD, SMP, SMA, dan SMK se-Kota Bandung mengikuti pelatihan pentingnya mengetahui gaya belajar siswa
Sebanyak 200 guru SD, SMP, SMA, dan SMK se-Kota Bandung mengikuti pelatihan pentingnya mengetahui gaya belajar siswa

Kota Bandung, SpiritNews-Memasuki tahun ajaran baru, orangtua terutama ibu banyak yang deg-degan ketika mengantarkan anaknya sekolah.
Ada perasaan cemas. Mulai dari khawatir anaknya tidak bisa mengikuti pelajaran hingga ketakutan anak tak bisa beradaptasi.
Kekhawatiran tersebut hal yang wajar. Walaupun pada dasarnya, setiap anak tidak ada yang bodoh maupun nakal. Orang dewasalah yang memberi label bodoh dan nakal tersebut terhadap anak.
“Dalam quantum teaching, tidak ada siswa yang yang bodoh dan tidak ada siswa yang nakal.
Yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena cara pembelajarannya yang belum cocok antara guru dengan anak,” ujar Asep Mahfudin salah satu mentor acara Amitra Berbagi Berkah di Bandung, belum lama ini.
Asep menjelaskan, ada metode dasar dalam mengenal gaya belajar siswa, yakni visual, auditori, dan kinestetik.
Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru akan lebih mudah menyampaikan pembelajaran.
“Kalau siswa visual, dengan melihat mereka akan memahami yang diajarkan guru. Auditori melalui pendengaran, dan kinestetik lebih ke gerakan.
Jadi kalau kinestetik harus ngalamin dulu,” ucap Asep.
Materi tersebut disampaikan di hadapan 200 orang guru se-Kota Bandung. Ratusan guru yang berasal dari SD, SMP, SMA, dan SMK ini selain mendapatkan materi soal gaya belajar, otak kiri dan kanan, secara keseluruhan dibekali dengan metode pendidikan PAKEM.
PAKEM merupakan singkatan dari Partisipasi, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Metode ini digunakan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Metode pendidikan ini mengedepankan konsep student centered serta learning is fun yang membuat siswa tidak akan merasa terbebani dengan proses belajar mengajar.
Salah satu peserta pelatihan, Tatat mengaku, pelatihan semacam ini penting untuk penyegaran.
Apalagi bagi guru yang sudah mengabdi puluhan tahun seperti dirinya, pelatihan merupakan pembaruan pengetahuan dan semangat baru.
Walaupun di lapangan, hal tersebut sulit dilakukan. Salah satu persoalannya, jumlah siswa yang terlalu banyak, sehingga guru kesulitan untuk memperhatikan siswa satu per satu.“Dan itu cukup melelahkan. Apalagi saya memegang banyak kelas. Namun tentunya kami tetap melakukan yang terbaik,” tutupnya.(SpiritNews/Kompas)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *