Kabupaten Karawang, SpiritNews-Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof.Dr.dr.Nila Djuwita F.Moeloek baru saja meresmikan pabrik farmasi baru PT B.Braun Medical Indonesia di Kawasan Industri Indotaisei, Karawang, Kamis (27/7/2017).
Upacara peresmian pembukaan pabrik tersebut juga dihadiri oleh Member of the Management Board, B.Braun Melsungen and President of B.Braun Asia Pasific, Anna Maria Braun.Member of the Management Board, B.Braun Melsungen, Dr. Meinrad Lugan, Perwakilan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Bupati Karawang, dr.Cellica Nurrachadiana serta Managing Director of B,Braun Indonesia, Mr.Stephan Soyka.
Pabrik larutan B. Braun Pertama di Indonesia yang memproduksi produk-produk cairan dasar dan larutan infus inovatif yaitu Ecosol Ringer Lactate IV Inf (500ml), Sterofundin ISO IV Inf (500ml), Ecosol Sodium Chloride 0.9 Infus (500ml), Ecosol Glucose 10% IV Inf (500ml) dan Glukosa 5 % (500ml). Semua produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
PT B.Braun Medical Indonesia dibangun di lahan seluas 19 hektar dengan nilai investasi sekitar Rp 900 miliar yang akan menjadi perusahaan alat kesehatan dan farmasi global terkemuka, yang dilengkapi dengan teknologi canngih untuk menghasilkan produk medis yang berkualitas tinggi dan aman.
“Selama 178 tahun, B. Braun telah menjalankan visi perusahaan untuk melindungi dan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dunia. Kami telah melayani masyarakat Indonesia dengan produk dan layanan kami selama hampir 40 tahun. Hari ini, dengan bangga kami melanjutkan komitmen perusahaan melalui pembangunan pabrik farmasi yang akan menjadi lokasi utama produksi di kawasan Asia Pasifik. B. Braun senantiasa memberikan dukungan penuh terhadap Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam menyediakan produk medis kelas dunia dan terjangkau untuk masyarakat Indonesia,” ujar President of B.Braun Asia Pasific, Anna Maria Braun.
Menurut Anna, investasi pembangunan pabrik produksi tersebut sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan lndustri Farmasi dan Alat Kesehatan, dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 17/2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan di Indonesia.
“Pabrik produksi yang akan mulai beroperasi tersebut akan membantu Indonesia meminimalkan ketergantungan negara terhadap produk impor dan bahkan dapat mengubah Indonesia menjadi negara eksportir yang mampu mengantisipasi kekurangan obat di masa depan,” jelas Anna.
Kebutuhan farmasi untuk pelayanan kesehatan di Indonesia perlahan tapi pasti sudah bisa dipasok oleh industri farmasi dalam negeri. Sejauh ini, komposisi bahan baku, obat, dan alat kesehatan sudah lebih besar ketimbang impor.
Dalam sambutannya, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nilla F Moeloek mengatakan, hanya 30 persen dari total kebutuhan bahan baku dan obat yang dipasok impor. Salah satunya adalah cairan infus yang pada tahun lalu seluruhnya masih dipasok dari impor.
“Salah satunya (impor) itu cairan infus, pada tahun 2012 jumlahnya mencapai 104,5 juta unit dan terus meningkat seiring dengan banyaknya kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),” ujarnya.
Oleh karenanya, dirinya terus mendukung industri farmasi lokal untuk bisa mengembangkan riset dan produk. Salah satunya adalah mengapresiasi pembangunan pabrik PT B. Braun Medical Indonesia. Menurutnya pengembangan industri farmasi perlu dilakukan melalui kegiatan riset dan produksi dalam negeri.
“Saya sangat mendorong dan memotivasi agar kita bisa membuat bahan baku obat, produksi obat sendiri dan alat kesehatan untuk memnuhi kebutuhan dalam negeri dan eskpor,” lanjutnya.
Perlu diketahui, lanjut Nilla, pabrik PT B Braun Medical Indonesia ini merupakan pabrik cairan infus pertama yang akan beroperasi di Indonesia.
“Pabrik ini baru akan memulai produksinya pada tahun depan yang diharapkan bisa menumbuhkan investasi di sektor industri farmasi,” pungkasnya.(ybs)