Jakarta, SpiritNews-Mahasiswa adalah agent of change. Jadi tidak heran kalau hampir setiap harinya ada saja inovasi yang dihasilkan oleh para mahasiswa di Indonesia.
Ladang inovasi mahasiswa bisa dari mana saja, mulai dari dunia medis, teknologi, kuliner, hingga pertanian. Seperti inovasi yang kini tengah dikembangkan mahasiswa asal Surabaya.
Para mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut membuat sebuah inovasi berupa mesin pengering untuk mengawetkan hasil panen hortikultura berbasis smartphone.
Lima mahasiswa itu antara lain Achmad Syarif Hidayat, Akhmad Ibnu Hija, Indra Yogi Prayuga, Sapto Wahyu Sudrajat, dan Windy Rizqia Arsy. Mereka tercatat sebagai mahasiswa dari Departemen Teknik Fisika ITS.
Penggabungan inovasi di bidang pertanian dengan teknologi terkini tersebut digagas mengingat dari banyaknya hasil panen yang tidak optimal dan pada akhirnya membusuk.
Pasalnya, para petani di Indonesia rata-rata masih menggunakan metode pengeringan secara konvensional. Sehingga kendala iklim di Indonesia tidak bisa ditangani dengan baik.
Oleh sebab itu mesin pengering yang dilengkapi sensor suhu dan kelembaban tersebut dinilai mampu mengatasi permasalahan yang terjadi setiap tahun tersebut.
Namun rupanya, permasalahan gagalnya produksi panen tersebut bukan berarti tak pernah ditangani. Sebelumnya telah banyak solusi yang dilakukan seperti pembakaran biasa, oven, dan alat dengan sistem otomasi canggih.
“Namun ini masih tidak hemat energi,” kata salah satu mahasiswa Achmad Syarif H, seperti dilansir dari laman ITS, Sabtu (5/8/2017).
Achmad menjelaskan, pengaturan suhu dan kelembaman antarjenis tanaman tidaklah sama. Oleh sebab itu alatnya diatur secara khusus untuk jenis tanaman tertentu. “Contohnya, (tanaman) cabai yang hanya boleh dipanaskan pada suhu 60 derajat celcius,” imbuh dia.
Kemudian, lanjut dia, data yang didapat tersebut akan tersimpan pada smartphone yang terhubung dengan mesin melalui teknologi bluetooth. “Dari aplikasi yang telah disediakan, pengguna cukup mengoperasikan sesuai jenis tanaman dan suhu yang diinginkan,” lanjut dia.
Berbeda dengan pengering konvensional yang membutuhkan waktu lima hingga tujuh hari, inovasi yang digarap timnya tersebut hanya butuh waktu pengeringan dalam waktu 12 jam.
Achmad melanjutkan, mesin inovasi bernama H-Flory-nya ini dinilai hemat energi karena hanya memerlukan 1,5 kilogram gas untuk menyuplai api. “Alat kami dilengkapi dengan control box yang dapat memonitor suhu dan kelembaban didalamnya,” tambahnya lagi.(SpiritNews/Okezone)