Sumatra Utara, SpiritNews-Bagi masyarakat Melayu, sosok Amir Hamzah sudah tak asing lagi. Sebagai penyair besar, di tangannyalah bahasa Melayu mendapat suara dan lagu yang terus dihargai hingga sekarang.
Amir Hamzah adalah satu dari banyak pujangga terkenal di Indonesia. Adapun gelar pahlawan nasional yang disematkan kepadanya tak lepas dari kematiannya yang tragis ketika revolusi sosial meletus di Sumatera Timur (sekarang Sumatera Utara), Maret 1946 silam.
Amir Hamzah bernama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indera Putera. Ia lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, 28 Februari 1911 dalam lingkungan keluarga bangsawan Melayu (Kesultanan Langkat) yang taat beragama.
Meskipun seorang pangeran di Kesultanan Langkat, Amir Hamzah justru dikenal sebagai penyair modern Indonesia yang digelari ‘Raja Penyair Pujangga Baru’.
Pamannya bernama Machmud adalah Sultan Langkat yang berkedudukan di Tanjung Pura, yang memerintah tahun 1927-1941.
Ayahnya Tengku Muhammad Adil (saudara Sultan Machmud sendiri), menjadi wakil sultan untuk Luhak Langkat Bengkulu dan berkedudukan di Binjai. Dalam usia 16 tahun, Amir Hamzah telah turut bersama-sama merumuskan konsep Sumpah Pemuda 1928 dan ikut andil membidani kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesdia (NKRI).
Pendidikannya dimulai dari Langkatsche School di Tanjung Pura pada tahun 1916. Lalu, tahun 1924 masuk sekolah MULO (sekolah menengah pertama) di Medan. Setahun kemudian ia hijrah ke Jakarta hingga menyelesaikan sekolah menengah pertamanya pada tahun 1927.
Kemudian, Amir melanjutkan sekolahnya di AMS (sekolah menengah atas) Solo, Jawa Tengah, Jurusan Sastra Timur, hingga tamat. Lalu, ia kembali lagi ke Jakarta dan masuk Sekolah Hakim Tinggi hingga meraih Sarjana Muda Hukum.
Selama di Pulau Jawa, saat pergerakan kemerdekaan dan rasa kebangsaan Indonesia bangkit, Amir Hamzah menempa dirinya dengan belajar kebudayaan modern, kebudayaan Jawa, dan kebudayaan Asia lainnya. Terlahir sebagai putera bangsawan, dia bersama Sutan Takdir Alisyahbana dan Armijn Pane mendirikan majalah Pujangga Baru yang kemudian menjadi tonggak berdirinya angkatan sastrawan.
Kematian tragis Amir Hamzah menjadi catatan menyedihkan bagi sejarah perjuangan dan kesusastraan Indonesia. Tidak ada yang menyangka, pahlawan yang dikenal gigih mempersatukan bangsa ini justru meninggal dalam keadaan disiksa dan dipancung.
Berbagai sumber menyebut bahwa kematiannya didalangi oleh barisan Partai Komunis Indonesia (PKI) saat revolusi sosial pecah 1946 lalu. Pada tahun 1946 sebuah mobilisasi rakyat di Sumatera mengatasnamakan gerakan sosial rakyat dikomondoi oleh PKI.
Gerakan sosialis ini ingin menghapus sistem kerajaan yang berujung pada pembunuhan Amir Hamzah dan keluarga kesultanan Melayu yang disebut-sebut pro-Belanda. Pada 29 Oktober 1945, Amir memang pernah diangkat menjadi Wakil Pemerintah RI untuk Langkat yang berkedudukan di Binjai. Kala itu, Amir adalah Pangeran Langkat Hulu di Binjai.
Awal 1946, revolusi sosial di Indonesia mulai berkobar dengan berbagai pertempuran di Jawa. Republik Indonesia yang baru didirikan dalam keadaan tidak stabil. Rumor menyebar di Langkat bahwa Amir Hamzah sedang berkumpul bersama perwakilan Belanda yang kembali ke Sumatera.
Semangat revolusi kian tak terbendung sehingga muncullah benih-benih kerusuhan. Rakyat mengtasnamakan gerakan sosialis mendesak Kesultanan Langkat segera mengakui Republik Indonesia. Revolusi sosial pun pecah pada 3 Maret 1946. Keluarga bangsawan yang dianggap kurang memihak rakyat, termasuk Amir Hamzah pun menjadi sasaran kemarahan yang dikomandoi faksi-faksi Partai Komunias Indonesia (PKI) yang anti kaum bangsawan.Bagi masyarakat Melayu, sosok Amir Hamzah sudah tak asing lagi. Sebagai penyair besar, di tangannyalah bahasa Melayu mendapat suara dan lagu yang terus dihargai hingga sekarang.
Amir Hamzah adalah satu dari banyak pujangga terkenal di Indonesia. Adapun gelar pahlawan nasional yang disematkan kepadanya tak lepas dari kematiannya yang tragis ketika revolusi sosial meletus di Sumatera Timur (sekarang Sumatera Utara), Maret 1946 silam.
Amir Hamzah bernama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indera Putera. Ia lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, 28 Februari 1911 dalam lingkungan keluarga bangsawan Melayu (Kesultanan Langkat) yang taat beragama.
Meskipun seorang pangeran di Kesultanan Langkat, Amir Hamzah justru dikenal sebagai penyair modern Indonesia yang digelari ‘Raja Penyair Pujangga Baru’.
Pamannya bernama Machmud adalah Sultan Langkat yang berkedudukan di Tanjung Pura, yang memerintah tahun 1927-1941.
Ayahnya Tengku Muhammad Adil (saudara Sultan Machmud sendiri), menjadi wakil sultan untuk Luhak Langkat Bengkulu dan berkedudukan di Binjai. Dalam usia 16 tahun, Amir Hamzah telah turut bersama-sama merumuskan konsep Sumpah Pemuda 1928 dan ikut andil membidani kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesdia (NKRI).
Pendidikannya dimulai dari Langkatsche School di Tanjung Pura pada tahun 1916. Lalu, tahun 1924 masuk sekolah MULO (sekolah menengah pertama) di Medan. Setahun kemudian ia hijrah ke Jakarta hingga menyelesaikan sekolah menengah pertamanya pada tahun 1927.
Kemudian, Amir melanjutkan sekolahnya di AMS (sekolah menengah atas) Solo, Jawa Tengah, Jurusan Sastra Timur, hingga tamat. Lalu, ia kembali lagi ke Jakarta dan masuk Sekolah Hakim Tinggi hingga meraih Sarjana Muda Hukum.
Selama di Pulau Jawa, saat pergerakan kemerdekaan dan rasa kebangsaan Indonesia bangkit, Amir Hamzah menempa dirinya dengan belajar kebudayaan modern, kebudayaan Jawa, dan kebudayaan Asia lainnya. Terlahir sebagai putera bangsawan, dia bersama Sutan Takdir Alisyahbana dan Armijn Pane mendirikan majalah Pujangga Baru yang kemudian menjadi tonggak berdirinya angkatan sastrawan.
Kematian tragis Amir Hamzah menjadi catatan menyedihkan bagi sejarah perjuangan dan kesusastraan Indonesia. Tidak ada yang menyangka, pahlawan yang dikenal gigih mempersatukan bangsa ini justru meninggal dalam keadaan disiksa dan dipancung.
Berbagai sumber menyebut bahwa kematiannya didalangi oleh barisan Partai Komunis Indonesia (PKI) saat revolusi sosial pecah 1946 lalu. Pada tahun 1946 sebuah mobilisasi rakyat di Sumatera mengatasnamakan gerakan sosial rakyat dikomondoi oleh PKI.
Gerakan sosialis ini ingin menghapus sistem kerajaan yang berujung pada pembunuhan Amir Hamzah dan keluarga kesultanan Melayu yang disebut-sebut pro-Belanda. Pada 29 Oktober 1945, Amir memang pernah diangkat menjadi Wakil Pemerintah RI untuk Langkat yang berkedudukan di Binjai. Kala itu, Amir adalah Pangeran Langkat Hulu di Binjai.
Awal 1946, revolusi sosial di Indonesia mulai berkobar dengan berbagai pertempuran di Jawa. Republik Indonesia yang baru didirikan dalam keadaan tidak stabil. Rumor menyebar di Langkat bahwa Amir Hamzah sedang berkumpul bersama perwakilan Belanda yang kembali ke Sumatera.
Semangat revolusi kian tak terbendung sehingga muncullah benih-benih kerusuhan. Rakyat mengtasnamakan gerakan sosialis mendesak Kesultanan Langkat segera mengakui Republik Indonesia. Revolusi sosial pun pecah pada 3 Maret 1946. Keluarga bangsawan yang dianggap kurang memihak rakyat, termasuk Amir Hamzah pun menjadi sasaran kemarahan yang dikomandoi faksi-faksi Partai Komunias Indonesia (PKI) yang anti kaum bangsawan.(SpiritNews)