Kabupaten Purwakarta, SpiritNews-Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Jamaludin, angkat bicara terkait fenomena yang mendera bakal calon Gubernur Jawa Barat dari Partai Golkar, Dedi Mulyadi.
Meski memiliki elektabilitas kecil, akhir-akhir ini Bupati Purwakarta tersebut banyak menerima serangan, baik darat maupun udara.
Menurut Ujang, maraknya isu SARA yang mendera Dedi Mulyadi tidak akan berpengaruh besar untuk mendegradasi elektabilitas Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat tersebut.
“Sentimen agama kan terjadi dimana-mana, tidak hanya di Jawa Barat. Tetapi untuk Dedi Mulyadi ini sama sekali tidak bisa diterapkan karena Polda Jawa Barat sudah mengeluarkan Surat Nomor B/278/IV/2016 Ditreskrimum terkait Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan (SP2HP). Artinya, kasusnya selesai,” kata Ujang, saat dikonfirmasi, Senin (4/9/2017).
Terkait isu SARA yang akhir-akhir ini muncul kembali melalui berbagai platform media sosial, Ujang mengatakan bahwa hal tersebut lumrah terjadi, apalagi isu tersebut kini menemukan momentumnya yakni tahun politik jelang pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat.
“Ya biasa, ini tahun politik, pasti jadi isu yang sengaja dibuat. Tetapi ini akan hilang dengan sendirinya saat kinerja Dedi Mulyadi sebagai Bupati Purwakarta mendapatkan apresiasi, isu Agama tidak akan berpengaruh besar, ini kan sengaja saja digoreng oleh lawan politik” katanya.
Potensi Kemenangan Besar
Ujang yang berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Politik di Universitas Indonesia itu pun menjelaskan faktor lain dibalik serangan yang hari ini muncul terhadap Dedi Mulyadi.
Ia mengatakan, hal tersebut diakibatkan oleh potensi kemenangan Dedi yang terbilang besar di Pilgub Jawa Barat 2018 mendatang.
“Dia (Dedi Mulyadi.red) merupakan seorang yang daya jelajahnya tinggi, punya penerimaan publik yang besar secara personal. Di samping itu, dia seorang Ketua DPD Partai Golkar, berapa kader Golkar yang hari ini menjadi Bupati/Walikota atau Wakil Bupati/Wakil Walikota di Jawa Barat, belum infrastruktur partainya kalau bergerak. Inilah yang menjadikan dia terus diserang berbagai isu, karena potensi menangnya besar,” kata Pendiri Indonesia Political Review ini.
Pertarungan pada Pilgub Jawa Barat hakikatnya menurut dia adalah pertarungan darat. Maka, siapapun yang akan menang nanti bukanlah calon Gubernur yang hanya menguasai penggiringan opini media. Tetapi sebaliknya, yakni calon Gubernur yang fasih menguasai wilayah teritorial darat.
“Ada juga calon Gubernur yang main tingkat udara, tapi lemah di grass root, padahal elektabilitasnya bagus. Ya, soal survei itu kan bukan gambaran sesungguhnya, ada yang dipesan, ada yang memang riil,” pungkasnya.(rls)