Kabupaten Bekasi, SpiritNews-Suasana meriah dan gegap gempita terus membahana di pusat galeri pemasaran Kota Modern Meikarta, di MaxxBox, Orange County, Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi.
Jangankan hari-hari libur, di hari biasa pun perburuan unit-unit hunian Meikarta itu terus terjadi. Dan yang lebih menarik lagi, sejumlah pria berperawakan tinggi dan berkulit putih alias ‘bule’, juga puluhan laki maupun wanita berparas timur (Jepang, Korea dan Tiongkok, juga Singapura,red), berbaur dengan ratusan kalangan bumi putera (jajaran orang tempatan, Red) yang antusias menengok-nengok ruang-ruang contoh hunian Meikarta, sembari mendapat penjelasan sedetil-detilnya dari para ‘sales’.
Misalnya, seorang pria muda yang mengaku baru selesai menjalankan ibadah sholat, dengan lancar dan lugas, Teddy Sanjaya, menjelaskan, bahwa Meikarta dilengkapi dengan berbagai fasilitas.
Praktisi Bisnis dan Pemerhati Properti ini mengatakan, ‘Central Park’ seluas 100 hektare Meikarta yang bikin teritori hunian ini sangat asri untuk dinimkati. Lalu, berbagai fasilitas umum (fasum), fasilitas sosial (fasos) hingga fasilitas ekonomi (fasek), mulai dari pusat-pusat peribadatan, pusat pelayanan kesehatan, pendidikan berbagai jenjang, hingga kelengkapan infrastruktur sekaliber dunia tersedia di kawasan ini.
“Meikarta merupakan proyek kota mandiri di kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi. Dengan luas lahan 500 hektare yang dipasarkan, Meikarta digadang-gadang sebagai kota baru yang menjadi alternatif bagi Ibu Kota DKI Jakarta,” kata Sanjaya, Senin (4/9/17).
Dari pengamatannya, Sanyaja mengatakan, antusiasme konsumen atas Meikarta karena dua hal. Yaitu :
Pertama, Meikarta mampu memberikan solusi sebuah kompleks hunian yang bisa terjangkau oleh penghasilannya dengan ketersediaan fasilitas relatif lebih baik dari kota mandiri lainnya.
Kedua, Meikarta menawarkan sebuah solusi atas hunian yang layak dari sisi lingkungan hidup, keamanan dan kenyamanan karena bebas macet, banjir dan kriminalitas.
Dikatakan, sejak ‘soft launching’ (Mei 2017) yang dihadiri dua tokoh senior Jawa Barat (Jabar), Jenderal TNI Pur Agum Gumelar dan Prof Didiek Rachbini (Akademisi jebolan IPB Bogor,red), apalagi pada ‘grand launcing’ (Agustus 2017), juga didatangi tokoh senior Jabar lainnya, Dr Ginandjar Kartasasmita, antrean panjang konsumen benar-benar antusias untuk mendapatkan hunian Meikarta.
“Kalau tidak salah, di akhir Agustus lalu sudah tercatat 100.000-an konsumen memutuskan membeli hunian di Meikarta, yang penyerahan kunci perdananya diperkirakan Desember 2018 mendatang,” katanya.
Tentang adanya imbauan pihak tertentu yang meminta konsumen jangan dulu membeli hunian di Meikarta, Teddy Sanjaja mengatakan, prinsip ‘customer is king’ tetap berlaku dari dulu hingga sekarang.
“Apalagi sekarang konsumen kita sudah cerdas. Mayoritas konsumen tak akan mengambil keputusan sembarangan, apalagi disebut-sebut hanya jadi korban iklan. Anda taruh artis-artis top atau pesohor lainnya di iklan, belum tentu konsumen yang tertarik akan mengambil keputusan untuk membeli,” ujar Sanjaya sembari memberi contoh beberapa kawasan kota mandiri di Jabodetabek.
Hal senada dinyatakan Erick Panelewen, Praktisi Komunikasi dan Properti di Tangerang Selatan. Ia menilai, konsumen tidak bisa dipaksa-paksa oleh kehendak siapa pun.
“Apalagi didikte. Jangan mendikte mereka. Beri pengertian dan argumentasi yang logis. Konsumen sekarang punya kebiasaan membanding-bandingkan dulu, baru bertindak membeli,” kata Erick yang sudah menekuni urusan properti satu dekade terakhir.(rls)