Tiga Gampong Jadi Pilot Project Ketahanan Keluarga 2017

  • Whatsapp
Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Halidar
Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Halidar

Kabupaten Bireuen, SpiritNews-Tiga gampong dalam wilayah Kabupaten Bireuen dijadikan pilot Project survey ketahanan keluarga tahun 2017.

Ketiga gampong tersebut adalah Awe Geutah Paya, Kecamatan Peusangan  Siblah Krueng, Gampong Paku, Kecamatan Simpang Mamplam dan Keude Tambu, Kecamatan Simpang Mamplam.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Gampong, Perempuan dan keluarga Berencana Kabupaten Bireuen, Bob Mizwar S.STP., M.Si melalui Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Halidar, Senin (4/9/2017) menjawab spiritnews.co.id di ruang kerjanya.

Halidar menyebutkan, pemilihan tiga gampong itu karena memang masuk dalam kriteria untuk dilakukan survey ketahanan keluarga.

“Ketiga Gampoeng tersebut tingkat  kerawanan kekerasan rumah tangga di masyarakat cukup tinggi, karena itulah maka dipilih tiga desa tersebut,walaupun di desa lainnya ada juga kerawanan kekerasan dalam rumah tangga,” jelas Halidar.

Selain itu, pihaknya juga melihat komitmen dari keuchik dan camat di daerah tersebut yang cukup tinggi dan peduli akan masyarakatnya.

Di Aceh, pilot project survey ketahanan keluarga Tahun 2017 diprogramkan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan  Anak (DP3A) Provinsi Aceh itu dilaksanakan di tiga Kabupaten yaitu Bireuen, Pidie Jaya dan Aceh Barat.

Menurutnya, tujuan pilot project survey ketahanan keluarga adalah menjadikan tingkat kekerasan dalam rumah tangga turun, bila ada masalah bisa diselesaikan aparat gampong dan diberikan konseling oleh staf dinas yang sudah dilatih sebelumnya.

Disebutkan, mereka akan dilatih untuk menangani bila memang terjadi hal seperti itu. Kita latih perwakilan gampong sebanyak lima orang, juga melibatkan staf dari Dinas Pemberdayaan masyarakt untuk melakukan wawancara  dan mendampingi staf menunjukkan lokasi.

Faktor yang paling dekat dengan kekerasan kata Halidar adalah faktor ekonomi.Jadi bila nanti ditemukan ada yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, maka pihaknya akan melaporkannya ke Provinsi agar korban yang merupakan kaum ibu tersebut diberdayakan.

“Kalau mereka diberi modal dan diberdayakan secara ekonomi, maka diharapkan akan mampu secara mandiri menjadi keluarganya dan tingkat kekerasan turun bahkan hilang,” Sebut Halidar.

Untuk melaksanakan survey tersebut, diperlukan adanya penghubung, pendamping serta kader. Mereka sudah mengikuti pelatihan di Banda Aceh.

Disebutkan, tugas dan tanggung jawab kader, mewawancarai seluruh KK yang ada di gampoeng sampai selesai, menjaga rahasia seluruh data yang diperoleh dari masyarakat,  menyerahkan rekap data wawancara kepada penghubung dan bertanggung jawab kepada koordinator dan penghubung.

“Semoga saja dengan adanya program ini kekerasan dalam rumah tangga semakin turun dan kaum ibu diberdayakan secara ekonomi,” pungkasnya.

Dijelaskan, Ketahanan keluarga menurut UU No. 10 Tahun 1992 merupakan kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisk-material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri, dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan.(her)

Pos terkait