Pewaris Raja se-Aceh Sesalkan Dibangun IPAL di Area Makam Endatu dan Para Ulama

  • Whatsapp
Para keturunan Raja dan Sultan Aceh berziarah ke makam Endatunya dan Para ulama Aceh titik nol Banda Aceh (ist)
Para keturunan Raja dan Sultan Aceh berziarah ke makam Endatunya dan Para ulama Aceh titik nol Banda Aceh (ist)

Kabupaten Bireuen, SpiritNews– Para keturunan raja, Sultan dan Para Ulee Balang se-Aceh serta Para Budayawan dan sejarawan, berziarah ke titik nol Kota Banda Aceh di Gampong Jawa dan ke Makam Endatu.

Setibanya, para keturunan raja-raja yang ada di Aceh saat ke lokasi mereka sangat menyesalkan karena Makam Endatu keturunannya serta makam para ulama Aceh yang berada di titik nol Kota Banda Aceh sudah menjadi kompleks pembangunan proyek Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Pewaris Raja Jeumpa, Teuku Iskandar Muda kepada spiritnews.co.id, Selasa (12/9/2017) di Sagoe Kupi Bireuen menyebutkan, para Pewaris Raja se-Aceh yang hadir untuk melakukan ziarah ke Makam Endatun dan para ulama memprotes pihak kontraktor yang akan membangun IPAL, sebab di komplek itu adalah makam keturunan Raja-raja dan para ulama.

“Kami menyesalkan dan merasa sangat sedih bila di areal pemakaman Endatu kami dan para ulama akan dibangun IPAL. Maka kami pewaris raja se-Aceh membuat surat protes sekaligus menyerahkan surat tersebut kepada M Nasir Jamil salah seorang Anggota DPR RI asal Aceh yang turut hadir dalam kegiatan ziarah kami untuk diteruskan ke Presiden RI, Joko Widodo, agar meminta pertimbangan untuk menghentikan atau memindahkan pembangunan IPAL ke lokasi lain,” ungkap Teuku Iskandar Muda.

Teuku Iskandar menjelaskan, turut hadir dalam ziarah makam keturunan Raja dan para ulama kharismatik Aceh adalah Meurehom Daya Teuku Saifullah, Pewaris Raja Mukim 26 Kutaraja Raja Meurah, Pewaris Raja Pase Teuku Raja Nasruddin, Pewaris Raja Jeumpa Teuku Safrizal dan Teuku Iskandar Muda serta beberapa keturunan raja dan ulee balang lainnya.

Selain itu, hadir sejarawan dan tokoh budaya, Tgk A Raman Kaoy dan Dr Husaini Ibrahim, kolektor naskah kuno, Tarmizi A Hamid serta Anggota DPR RI, Nasir Djamil.

Lebih jauh Teuku Iskandar Muda menyebutkan, sesuai penuturan Pewaris Raja Meurehom Daya, Teuku Saifullah,  bahwa Gampong Pande hingga area radius 5 km dari lokasi tersebut merupakan kawasan Kerajaan Islam Aceh zaman dahulu makanya moment ziarah yang mereka lakukan adalah melestarikan makam leluhur raja dan ulama Aceh.

Terkait dengan pembangunan IPAL sebut Teuku Saifullah memang sangat-sangat bermanfaat bagi masyarakat,akan tetapi yang menjadi masalah, lokasi pembangunannya tidak tepat sebab berada di bekas berdirinya kerajaan Aceh yang memang area  makam para raja, ulama  hingga bangsawan.

“Bayangkan kotoran manusia akan kita timbun di atas makam para indatu dan para ulama kita, tentunya sangat memalukan Aceh dan Indonesia bahkan apa kata dunia terutama jika  dilihat bangsa melayu lainnya seperti Malaysia dan Brunei Darussalam,” ujar Teuku Saifullah.

Kami keturunan Raja-raja di Aceh yang sudah komitmen melestarikan situs sejarah Endatu mengharapkan proyek IPAL dipindahkan ke tempat lain, apalagi masih banyak lahan di kawasan Banda Aceh masih memiliki lahan lain yang cukup luas.

Di sisi lain mereka juga mengingatkan agar jangan memindahkan makam kono leluhur mereka dan para ulama Aceh demi demi untuk proyek  yang masih bias dicari lokasi lain dan tidak di area pemakaman.

Sementara itu, pihak PT Nindya Karya Andrian selaku kontraktor pelaksana proyek IPAL yang berada di antara Gampong Jawa dan Gampong Pande kepada wartawan mengatakan dirinya hanya sebagai pelaksana dan menyebutkan bahwa mereka bekerja sesuai kontrak dengan pemerintah, dalam hal ini Kementerian PUPR RI.

Menurut Andrian selaku Perwakilan Pihak Kontraktor PT Nindya Karya itu mengatakan, dihentikan atau diteruskan pihaknya tergantung pemerintah dan mereka selaku pelaksana proyek hanya menjalankan pembangunan IPAL tersebut sesuai kontrak yang sudah disepakati dan menyangkut kebijakan menghentikan atau melanjutkan akan menjadi wewenang Kementerian PUPR dan Pemkot Banda Aceh.

“Kontrak PT Nindya Karya pada proyek ini senilai Rp 107,3 miliar dan akan berakhir Oktober 2017.(her)

Pos terkait