Jakarta, SpiritNews-Menteri Ketenagakerjaan, M. Hanif Dhakiri menegaskan, saat ini Indonesia dihadapkan dengan sejumlah tantangan perkembangan dunia kerja.
Menurutnya, dunia kerja Indonesia saat ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan persaingan yang pesat. Sementara, kapasitas sumber daya manusia (SDM) ada saat ini dinilai tidak banyak yang siap menghadapi kompetisi.
“KIta harus mengantisipasi kondisi dunia yang berubah begitu cepat, persaingan terjadi dimana-mana. Bahkan untuk masuk ke dunia kerja saja dihadapkan pada iklim kompetisi yang ketat,” kata Hanif saat menjadi pembicara pada acara Indonesia HR Summit 2017 di Yogyakarta, Selasa (12/9/2017).
Hanif mengatakan, tingginya tingkat kompetisi ini menuntut setiap individu menyiapkan diri. Salah satu hal yang harus disiapkan tenaga kerja adalah penguasaan kompetensi dan daya saing.
“Apalagi kita dihadapkan pada 2 juta angkatan kerja baru tiap tahunnya. Mereka yang angkatan kerja baru ini tidak bisa langsung masuk pasar kerja,” kata Hanif.
Dikatakan, penyebab dari tidak terserapnya angkatan kerja dengan cepat oleh dunia usaha salah satunya disebabkan oleh sistem pendidikan Indonesia yang belum berorientasi pada kebutuhan dunia industri.
Apalagi dari total 130 juta angkatan kerja Indonesia, sebanyak 60% diantaranya merupakan tenaga kerja berpendidikan SD dan SMP.
Mengantisipasi persoalan tersebut, kata Hanif Pemerintah terus meneguhkan untuk bisa memperkuat sumber daya manusia. Peningkatan pendidikan dan pelatihan vokasi menjadi prioritas pemerintah saat ini.
“Untuk itu perlu adanya intervensi dari pemerintah dan tentunya dunia industri. Jadi dilakukan vocational training (pelatihan vokasi )sehingga angkatan kerja baru ini punya tools untuk masuk pasar kerja,” katanya.
Penguatan pelatihan vokasi yang dilakukan pemerintah dan dunia industri ini bertujuan untuk membantu angkatan kerja baru yang masih mengalami missmatch dan kualifikasinya yang masih belum memenuhi kebutuhan dunia industri.
“Kita juga siapkan skema vocational retraining untuk membantu pekerja-pekerja yang lama dalam meningkatkan skill dan kompetensinya sehingga pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan,” kata Hanif.
Dalam hal ini pemerintah dan dunia usaha harus bersinergi agar peluang bagi angkatan kerja lama dan baru ini semakin luas dalam mengakses pelatihan kerja baik di lingkungan perusahaan maupun melalui Balai Latihan kerja (BLK).(rls)