Kota Kendari, SpiritNews-Seminggu berlalu, obat PCC kembali makan korban jiwa di Kendari, Sulawesi Tenggara. Korban adalah siswa SMA yang dikenal ramah.
AR (16) menjadi korban ganasnya tablet PCC, hingga harus merenggut nyawanya. Setelah kurang lebih sembilan hari menjalani rawat inap di tiga rumah sakit berbeda, AR harus menghembuskan nafasnya pada Kamis (21/9). AR tinggal di BTN 1 Anggoeya, Kelurahan Anggoeya, Kecamatan Poasia, Kota Kendari.
Kabid Pemberantasan BNN Kota Kendari, Rendi Iswandi, mengungkapkan keluarga korban menyampaikan sebelumnya AR meminum sebanyak 6 butir tablet PCC yang dicampurkan dengan minuman ale-ale.
“Keterangan keluarga mengatakan korban ini meminum PCC yang sudah dicampur dengan minuman dengan logo ale-ale yang diberikan temannya. Setelah meminum, korban merasa kepanasan dan tidak sadarkan diri,” terangnya saat ditemui di Rumah Duka.
Awalnya, pihak keluarga membawa korban ke Rumah Sakit Abunawas untuk mendapatkan perawatan, namun pihak rumah sakit tidak mampu mengatasi, sehingga dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara, hasilnya tetap sama dan terakhir korban menjalani perawatan di Rumah Sakit Bahteramas.
Pihak BNN pun mengungkapkan korban memiliki kesamaan dengan korban sebelumnya yang telah meninggal dunia, yakni mengalami pecah pembuluh darah. Pihak BNN juga masih mencari tahu keberadaan teman korban yang memberikan tablet PCC yang telah dicampur kepada korban, namun hingga saat ini belum diketahui keberadaannya.
Pihak keluarga yang masih berduka atas meninggalnya AR, belum mau memberikan keterangan kepada media yang hadir saat itu. Arwina, guru AR, mengatakan bahwa AR merupakan sosok yang sangat supel dalam pergaulan sehari-hari, baik kepada rekan sebaya maupun kepada guru.
“Dia tidak pernah melanggar aturan sekolah, selalu patuh, anaknya tidak neko-neko,” kata Arwina saat ditemui di Ruang Guru, Jumat (22/9/2017).
Pihak sekolah juga baru mengetahui kabar terkait meninggalnya AR, setelah orang tua yang bersangkutan datang dan menyampaikan kabar tersebut.
“Kami sama sekali tidak tahu jika AR meninggal, baru hari ini kami tahu karena orang tuanya juga baru menyampaikan kabarnya hari ini,” ujarnya.
Atas kejadian yang menimpa AR, pihak sekolah melalui OSIS akan memperketat pengawasan kepada seluruh siswa agar tidak mudah terpengaruh ajakan negatif. Hal senada juga dikatakan rekan korban, Fikram yang mengenal sosok AR sebagai sosok teman yang sangat ramah dan tidak menyakiti hati temannya yang lain.
“Dia kalau bergaul selalu baik, kami tidak sangka karena dia itu kalau ke sekolah selalu diantar dan dijemput,” ujarnya.
Kepala BNN Kota Kendari, Murniaty, mengungkapkan kasus tablet PCC yang menyisir para remaja sebagai korban, membuat pihaknya akan lebih intens lagi melakukan sosialiasi ke sekolah-sekolah.
“Ke depannya kami akan semakin intens melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada anak-anak sekolah tentang bahaya mengkonsumsi obat-obat berbahaya, juga narkoba karena memang kita perhatikan ini mengancam generasi kita,” katanya saat ditemui di Kantor BNN Kendari.
Untuk diketahui sejak 13 September 2017 lalu, data dari Dinkes Sultra menyebutkan sudah 76 korban tablet PCC yang sebagian besar merupakan remaja. Dengan meninggalnya AR, maka korban meninggal akibat PCC menjadi empat orang.(SpiritNews)