Lhokseumawe, SpiritNews-Wajahnya yang berbalut jilbab hitam, terlihat lesu. Di rumah gubuk yang sederhana di Aceh Utara, Suhati Sailis tegar menghadapi penyakit kanker tulang dalam keterbatasan ekonomi.
Suhati Sailis (39) adalah warga di Desa Cot Lambideng, Kecamatan Sawang, Aceh Utara, Aceh. Sejak 4,5 tahun lalu, kondisinya terus menurun. Dulunya yang sehat sekarang malah sebaliknya. Dia divonis mengidap Chondrosarcoma yaitu penyakit kanker yang berasal dari sel-sel yang telah berubah yang awalnya menghasilkan tulang rawan.
Petugas kesehatan yang mendampinginya itu menyebutkan penyakit dideritanya semacam kanker tulang yang sudah ganas.
Kaki kirinya itu kini berubah menjadi besar dan terlihat menonjol di seluruh pahanya. Selain mengidap kanker ganas, kehidupannya pun cukup memprihatinkan. Suaminya, Hasan Basri (41) hanya mampu membuat gubuk ukuran 4×5 meter.
Rumah itu terlihat kusam. Dinding tepahnya itu sudah dimakan usia. Kayu-kayu penopang rumah juga sudah tampak digerogoti rayap. Sementara lantainya masih dengan tanah. Mirisnya lagi, dapur mereka pun terlihat amburadul seperti kapal pecah.
“Awalnya pada tahun 2011 istri saya pernah terjatuh. Mengalami lebam dan bengkak. Setelah dibawa ke dukun urut kaki Istri saya pun sempat sembuh,” kata Hasan Basri (41) ditemui wartawan, Rabu (4/10/2017) sore.
Hasan bercerita, pasca terjatuh itu istrinya sempat pulang ke Bogor. Sepulang dari sana pada pertengahan 2011. Kaki istrinya itu semakin membesar dan nyeri. Saat itu pun istrinya sedang hamil anak ketiga.
Kondisi demikian membuatnya bergegas membawa istri ke Rumah Sakit Cut Mutia, Aceh Utara. Tujuannya untuk memeriksa atas keluhan sang istri. Hasil pemeriksaan, istrinya itu divonis mengidap penyakit sejenis kanker tulang. Hasan meminta petugas medis untuk mengoperasi tapi ditolak karena alasan sang istri sedang hamil. Waktu itu terlihat masih kecil. Lama kelamaan benjolan itu terus membesar.
Hingga pada 2013, Hasan pun kembali melakukan berbagi usaha bagi kesembuhan istrinya. Dia nekat membawa sang istri berobat ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh.
“Serangkaian pemeriksaan pun dilakukan di RS Zainal Abidin seperti diambil sampel. Dokter memvonis kaki istri saya harus diamputasi. Setelah saya musyawarah dengan keluarga dan istri saya maka kami memutuskan untuk mengurungkan saran dokter tersebut,” sebutnya.
Pada tahun 2016, mereka juga ke Banda Aceh lagi. Petugas medis pun tetap menyebutkan tidak ada cara lain selain amputasi dan terakhir pekan lalu. Mereka ke Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh lagi. Menurut keterangan pihak rumah sakit, pembuluh darah Suhati sudah digeregoti.
“Bilapun ada cara lain, yaitu dengan memasang alat pengganti yang harganya mencapai Rp 180 juta. Kami tidak ada harta benda, untuk saya berobat selama ini terpaksa berutang kesana-kemari kepada saudara dan tetangga yang jumlahnya sampai Rp 15 juta,” sebut Hasan.
Hasan berharap apa yang diderita istrinya itu cepat diangkat dan pulih kembali sehingga bisa beraktivitas seperti biasa dan menjaga tiga buah hatinya yang masih kecil.
Wakil Bupati Aceh Utara, Fauzi Yusuf mengatakan, Pemerintah Aceh Utara akan mengupayakan segala cara untuk kesembuhan Suhati.
“Kita sudah melihat langsung kondisi Suhati. Luar biasa mirisnya. Suhati sesegera mungkin akan kita upayakan untuk kita rujuk kembali ke Banda Aceh. Nanti oleh dokter di Banda Aceh kita minta tanggapan dan langkah konkret apa yang harus ditempuh hingga kaki Suhati kembali sembuh,” kata Fauzi Yusuf kepada detikcom.
Fauzi menyebutkan jika nanti saat dirujuk ke RS Banda Aceh dinyatakan harus dibawa ke luar daerah, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara akan mempersiapkan segala fasilitasnya agar Suhati bisa sembuh total.(SpiritNews)
Sumber: detik.com
(