Petani Bandung Barat Mengaku Tidak Ada Perhatian Pemerintah

  • Whatsapp
Tihar, salah seorang petani sayuran ketika meninjau kebun miliknya di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat
Tihar, salah seorang petani sayuran ketika meninjau kebun miliknya di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat

Kabupaten Bandung Barat, SpiritNews-Tihar, petani asal Kampung Wangsakerta, RT 002/005, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat mengungkapkan tidak ada perhatian pemerintah untuk petani menengah ke bawah.

Kekecewaan itu ia sampaikan karena selama ia bertani, pemerintah hanya memberikan bantuan terhadap para petani menengah ke atas.
“Mayoritas disini petani menengah ke bawah, yang harus benar benar diperhatikan oleh pemerintah,” ujar Tihar, saat dijumpai SpiritNews, di kebun Tomat miliknya, Kamis (12/10/2017).
Menurutnya, petani menengah ke bawah yang seharusnya dibantu, baik dari segi penyediaan lahan pertanian, permodalan dan sarana produksi lainnya.
“Tidak ada, belum pernah ada bantuan apapun, para petani kecil lahan pun menyewa, dan itupun kalau ada yang disewakan, nah kalau tidak ada gimana nasib petani kecil?,” jelasnya.
Tihar mengatakan, meskipun kurangnya perhatian dari pemerintah, dia bersama para petani lain, tetap bertahan dalam menjalankan propesinya sebagai petani.
Bahkan, pemerintah dalam pengendalian hargapun masih belum memihak petani. “Contoh, saat harga sayuran naik semua sibuk menurunkan harga, tapi ketika harga turun atau anjlok, tidak ada yang bisa membantu menaikkan harga,” paparnya.
Sementara itu, selain tanaman burkol, tanaman tomat, merupakan tanaman menjanjikan bagi para petani menengah kebawah, meskipun harus mengikutu pluktuatif harga mereka pun tetap bertahan.
Menurut dia, musim penghujan merupakan musim yang cocok menanam tomat. “Sekarang kan sudah masuk musim hujan, meskipun banyak yang panen juga ada yang baru menanam, nah ini cukup bagus karena biya produksi akan berkurang, ya.. tidak ada biaya untuk ‘nyebor’ (menyiram) tanaman,” bebernya.
Lebih lanjut dikatakan, yang menjadi kendala petani dilapangan saat musim tanam adalah hama, oleh karena itu petani harus telaten dalam memeliharanya.
“Banyak hama. Ada hama busuk daun busuk batang, bisa merusak, tapi gimana kitanya, itu bisa di obati baik oleh obat organik amupun kimia,” bebernya.
Menurut informasi yang dihimpun, dalam per hektar petani tomat dapat mengantongi hasil Rp 80 – 130 juta dalam satu musim tanam, yang dijual dengan  sistem tebas (di jual diborong oleh tengkulak), bahkan dalam satu waktu dapat dilakukan tanaman tumpang sari, berupa tanaman cabai merah, cabai rawit, burkol dan tanaman sayuran lain yang bernilai ekonomis.(gus)

Pos terkait