Kabupaten Bireuen, SpiritNews-Majelis Adat Aceh ( MAA) Kabupaten Bireuen, Bidang Khasanah Budaya dan Perpustakaan sekaligus peduli masalah Seni budaya Aceh dan adat istiadat menyarankan agar sekolah membina siswa dengan menumbuhkembangkan seni budaya, melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Sehingga mereka menghargai dan menghayati seni baik modern maupun tradisional, dari berbagai ragam seni budaya yang ada di Aceh, namun harus bernuansa Islami.
Ketua MAA Kabupaten Bireuen, Drs Jailani, MM, mengatakan, untuk membudayakan seni dan budaya di sekolah. Sehingga budaya bisa berubah ke arah yang lebih maju.
“Kelompok Kreasi Seni harus berkoordinasi dengan Dewan Kesenian Aceh (DKA) Kabupaten Bireuen, agar setiap kreasi seni, seperti Seumapa, Tari Top Pade, Seudati, Tari Pho, Rapai Pulet, Rebana, dan Rabbani Wahid bisa dilakukan pembinaan,” kata Jailani.
Ia mengharapkan agar pihak sekolah perlu melakukan pengembangan seni budaya melalui sekolah sekolah. Setiap guru harus memiliki 4 kompetensi menyangkut pengembangan seni. Yaitu, kompetensi kepribadian, profesional, akademis dan sosial budaya.
“Saya menyarankan agar progam pengembangan seni dilakukan di sekolah. Agar menambah wawasan siswa, meningkatkan professional guru, perubahan sikap, terutama yang mau sebagai perintis dan penggerak gagasan demi kemajuan dan pembinaan generasi muda,” jelasnya.
Diakuinya, ada banyak budaya seni tradisional hampir langka di Bireuen bahkan seluruh kabupaten/kota di Aceh, seperti Seumapa, Pemtoh, Lawet, Tari Pho, Tari Bruek (Tari Tempurung).
“Padahal di Bireuen banyak pakar yang bisa diajak untuk menumbuhkembangkan dan menyuburkan pengembangan Seudati seperti Syeh Mukhtar Geudong-Geudong, Syeh Dan dari Geulanggang, Syech Usman Buket dari Meunasah Blang, Syeh Ibrahim Manyamro Cotbatee dan banyak lagi Syech-syech lainnya,” katanya.(her)