Kota Sukabumi, SpiritNews-Sofyan (44) kesal bukan kepalang, pemilik rumah di RT 6 RW 7 , Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat ini mengeluh karena pembangunan trotoar di Jalan RE Martadinata (Renata) dibuat lebih tinggi dari halaman masuk menuju rumahnya.
Sofyan akhirnya memilih protes dan rajin mengomentari para pekerja, hingga akhirnya proses pekerjaan trotoar khusus yang berada di depan jalan menuju rumahnya di tunda oleh para pekerja proyek.
“Bagus trotoar justru untuk kepentingan pejalan kaki, tapi minimal warga harus diajak bicara jangan asal maen langsung kerjakan dan ‘blok’ halaman rumah orang. Awalnya dulu mereka bilang posisinya akan sama dengan yang di seberang jalan, tahunya setelah saya liat ternyata beda yang ini lebih tinggi,” tutur Sofyan, Rabu (1/11/2017).
Pengamatan wartawan, rencana peninggian trotoar dengan posisi halaman rumah yang di tinggali Sofyan memang terlihat jomplang.
Satu-satunya solusi Sofyan harus mengalah dengan meninggikan halaman rumah, namun itu akan membuat kondisi jalan masuk menuju rumahnya akan semakin curam.
“Saya diminta untuk surati Pak Sekretaris Daerah (Sekda) karena kata pekerja lapangan trotoar begini keinginan pak Sekda. Oke saya surati, tapi hingga tiga minggu ini belum ada jawaban,” lanjutnya.
Sofyan berharap khusus untuk trotoar masuk menuju rumahnya bisa dibuat miring mengikuti jalan masuk ke halaman rumahnya.
“Tapi jawaban mereka apa, nanti yang lain pada sirik. Karena ternyata nyaris semua tetangga saya baik itu pemilik toko maupun rumah tinggal ada yang terpaksa ngeluarin uang sendiri sampai Rp 20 Juta untuk menyesuaikan posisi tempat parkir dengan trotoar,” tutupnya.
Hal itu diamini Leo, Pemilik Toko Leo Variasi. Ia mengaku mengalami kejadian kurang menyenangkan saat akan masuk ke dalam tokonya sendiri.
“Kejadiannya seminggu yang lalu, saya pas pulang dari Jakarta mau parkir ke dalam toko ternyata posisi trotoar sudah tinggi sampai mobil saya enggak bisa masuk. Akhirnya saya terpaksa parkir kendaraan di halaman kantor Perhutani,” kata dia.
Leo kemudian sempat memprotes hal itu ke sejumlah pekerja proyek pengerjaan trotoar, namun itu tidak ditanggapi. “Akhirnya saya sampai keluar uang sendiri buat menyesuaikan tempat parkir toko dengan trotoar, saya habis sampai Rp 20 Juta lebih,” keluhnya.
Leo mengaku tidak bisa berbuat banyak dan lebih memilih mengalah. Karena jika dibiarkan maka tokonya akan kekurangan pelanggan. ‘Saya sampai bongkar dan ganti pagar sendiri,” imbuh dia.
Ketika dimintai keterangan sejumlah pekerja proyek mengaku tidak berwenang memberikan jawaban, karena mereka hanya mengikuti arahan dari pihak rekanan yang mengerjakan trotoar tersebut.(SpiritNews)