Kabupaten Sukabumi, SpritNews-Tidak ada pilihan lain, mungkin begitu yang terbesit dalam pikiran pasangan suami istri (pasutri) Sahuni (70) dan Oyot (60).
Mereka terpaksa mengurung Dirman (35) putranya sendiri di sebuah bangunan bambu mirip kandang domba.
Pasutri asal Kampung Babakan Tonjong, RT 010/007, Desa Tonjong, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini terpaksa mengurung putra sulungnya itu karena menderita gangguan kejiwaan.
Dirman tinggal di kandang tersebut sudah hampir 4 tahun.
Sang ayah, Sahuni, bercerita jika Dirman kerap mengamuk dan merusak barang milik keluarga dan tetangganya. Meski tidak tega, Sahuni mengaku tidak ada pilihan lain.
“Kalau tidak begini kami lebih repot, dia merusak barang-barang di rumah atau milik tetangga.
Dia mengamuk dan marah-marah tanpa ada alasan,” tutur Sahuni didampingi sang istri ketika ditemui wartawan di rumahnya, Minggu (5/11/2017).
Perlahan Sahuni menghela nafas, tangannya memegang dada seolah merasa berat melanjutkan cerita tentang putranya itu. “Sudah 12 tahun dia mengalami kondisi seperti itu, karena kelakuannya yang sering merusak itulah akhirnya saya dan istri memutuskan untuk mengurung Dirman,” lanjut Sahuni.
Berbagai cara dilakukan pihak keluarga, baik alternatif sampai pengobatan secara medis. Dirman pernah menjalani pengobatan Rumah Sakit Jiwa di Bogor.
Namun karena kondisi kejiwaannya tidak kunjung membaik, akhirnya dia dipulangkan.
Kondisi tempat Dirman dikurung berukuran kurang lebih 1,5×2 meter persegi, tingginya hanya satu meter dan beralaskan tanah.
Lokasi bangunan itu berada di belakang rumah orang tuanya. Sebuah terpal berwarna oranye menjadi pelindung dari panas dan hujan.
“Umi unggal poe ngurusan daharna, sa aya aya we da arek kitu kieu ge da ka budak sorangan. Teteup we nyaah, (Ibu yang setiap hari ngurusin makannya, seadanya mau bagaimana lagi namanya ke anak sendiri. Tetap saja sayang,” timpal Oyot ibunda Dirman.
Pasutri itu menjelaskan jika kondisi Dirman sudah diketahui pemerintahan setempat, namun mereka menolak andaikata Dirman harus dievakuasi dari tempat itu. “Umi moal merean lamun budak umi dibawa kamamana, kajeun didieu umi anu ngurusan, (ibu enggak bakalan ngasih kalau anak ibu mau dibawa ke mana mana, biar di sini ibu yang ngurusin),” sambung Oyot.
Alasan Sahuni dan Oyot enggan Dirman di evakuasi karena khawatir menjadi beban baru, karena perawatan medis yang pernah dijalani Dirman tidak membawa hasil positif.
Keduanya malah berharap pemerintah mau membangunkan ruangan lebih untuk Dirman di belakang rumah. Untuk keperluan sehari-harinya kedua pasutri itu siap menjaga dan mengasuh Dirman.
“Wios umi anu ngurusan sapopoena, (Biar ibu yang urus setiap harinya,)” tutup Oyot.(SpiritNews)