Banda Aceh, SpiritNews-Adnan Ganto adalah seorang tokoh yang harus ditiru oleh generasi muda Aceh saat ini. Keuletan dan keseriusannya telah mengantarkannya sebagai salah seorang yang diperhitungkan dan puluhan tahun malang melintang menjadi bankir di bank-bank berkelas dunia.
Hal tersebut disampaikan oleh pria yang akrab disapa Bang Wandi itu, dalam sambutannya pada acara Silaturrahmi dan Syukuran Penganugerahan Gelar Kehormatan Doktor Honoris Causa (DR, HC) kepada Adnan Ganto, di Ballroom Hermes Palace Hotel, Selasa (9/1/2017) malam.
“Aceh harus Bangga memiliki Bang Adnan Ganto. Tidak ada orang Indonesia apalagi Aceh yang menjadi direksi Bank Asing Kecuali Bang Adnan. Pada masa itu, saat anak-anak Aceh seusianya belum bisa berbahasa Indonesia, Adnan Ganto Muda, yang berasal dari sebuah Gampong terpencil di Aceh Utara sudah mahir berbahasa Inggris dan bekerja pada Bank Asing,” ujar Irwandi.
Sebagaimana diketahui, selain kesuksesannya yang mengkilap sebagai bankir di sejumlah bank internasional seperti Pierson Bank NV Amsterdam, Amro Bank dan Morgan Bank, Adnan Ganto juga dipercaya menjadi penasehat Menteri Pertahanan, penasehat Kepala Badan Intelijen Negara, penasehat Menteri Pertambangan dan Energi dan Penasehat Panglima TNI.
Bahkan hingga saat ini, jebolan Magister Harvard Busines School USA ini, masih dipercaya sebagai penasehat Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan. Untuk jabatan yang satu ini, bahkan sudah digeluti oleh Adnan Ganto sejak tahun 1990.
Oleh karena itu, Bang Wandi berharap, posisi seorang Adnan Ganto yang tak tergantikan meski rezim di Indonesia berganti harus menjadi inspirasi dan ditiru oleh generasi muda Aceh saat ini.
“Kampus-kampus yang ada di Aceh harus mampu membina dan menghasilkan Generasi muda yang mampu meniru berbagai hal yang telah kesuksesan beliau. Kesempatan saat ini ada pada Adnan Ganto-Adnan Ganto muda, mampukah menyamai seperti Adnan Ganto Tua? Inilah tugas para rektor di universitas masing-masing untuk memunculkan Adnan Ganto Muda,” kata Gubernur.
Sementara itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Prof Mahfud MD, dalam tausyiah singkatnya berpesan agar para cendikian dan pemikir Indonesia untuk mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Adnan Ganto.
“Pak Adnan adalah contoh cendikiawan yang mendarma-baktikan diri dan ilmunya untuk bangsa dan negara. Hal ini harus ditiru oleh banyak pihak karena saat ini di Indonesia banyak sekali bermunculan ilmuan tukang yang bekerja berdasarkan pesanan,” ungkap Mahfud MD.
Cendikiawan dan Ilmuan pesanan yang dimaksudkan oleh mantan Menteri Pertahanan era Presiden Abdurrahman Wahid itu, adalah ilmuan yang memberikan dan mengeluarkan pendapat sesuai pesanan. Padahal, dalam konsep Islam ulama itu harus mampu mengkombinasikan fikir dan Zikir.
“Padahal sejatinya Ilmuan itu tidak semata mengandalkan kemampuan berfikirnya tetapi juga menghadirkan zikir di hatinya. Hal inilah yang akan mampu menjadikan seorang sebagai ilmuan yang ulil albab, yaitu ilmuan yang tidak semata berfikir tetapi juga berzikir atau mengingat Allah,” imbuh Prof Mahfud.
Oleh karena itu, Mahfud MD berpesan tentang pentingnya menghadirkan zikir sembari menghasilkan buah fikir, karena hal tersebut akan menjaga ilmuan dan para intelektual dari buah fikir yang menyimpang.
“Nah Pak Adnan telah melakukan itu, memberikan pendapat secara objektif, tidak memuji tapi tidak pula menjatuhkan. Beliau memetakan dan mempelajari masalah secara objektif untuk kemudian memberikan solusi. Hal inilah yang menyebabkan posisi beliau tidak tergantikan meski rezim terus berganti,” sambung Mahfud MD.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Mahfud mengungkapkan bahwa Ilmuan yang disebut Ulul Albab itu mendasarkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada sekurang-kurangnya 3 pilar. Ketiga pilar tersebut adalah Iptek dan agama merupakan satu kesatuan yang tidak dikotomis. Dalam Islam, ilmu adalah bagian dari agama.
Selanjutnya, Islam dan pengembangan Iptek menerima sepenuhnya rasionalitas tapi menolak rasionalisme.
“Ini yang berbahaya, bagaimana dunia barat mengarahkan ilmu pengetahuan menjadi rasionalisme. Seakan-akan sesuatu yang tidak masuk akal itu tidak ilmiah. Ingat, Islam menerima seluruh kebenaran, bahkan kemajuan dunia Islam itu karena Iptek dihormati, namun paham barat perlahan menggeser itu, ini yang berbahaya,” pesan Mahfud.
Pilar ketiga, jelas Mahfud MD bahwa Iptek harus memihak kepada kemaslahatan umat. Meski metodologinya benar, Iptek tidak boleh dikembangkan jika belum ada jaminan bahwa hal yang dikembangkan itu aman bagi masyarakat. Jika tidak berpihak kepada masyarakat, maka Iptek dan perkembangannya yang terlalu sekuler akan menyebabkan kerusakan. Aliran positifisme yang mengatakan bahwa Iptek itu netral, hal inilah yang menjadi penyebab pecahnya perang dunia pertama dan kedua. Oleh karena itu, Iptek harus dikembangkan lebih manusia, makanya kini muncul ilmu-ilmu humaniora.
“Adnan Ganto telah membuktikan, ilmunya itu diabdikan untuk kebaikan, bukan ilmu yang bisa dibeli berdasarkan pesanan. Oleh karena itu, mari kita terus berusaha untuk menjadi pribadi yang ulil albab, yang selalu berzikir dan berfikir. Nah tugas kita adalah bagaimana membangun Ulil Albab dalam diri kita,” pungkas Prof Mahfud MD.
Sejumlah pejabat dan mantan pejabat nasional terlihat menghadiri Silaturrahmi dan Syukuran Penganugerahan Gelar Kehormatan Doktor Honoris Causa (DR, HC) kepada Adnan Ganto, di antaranya Widodo AS, Pagdam Iskandar Muda, Sekda Aceh, Rektor Unsyiah UIN Ar-Raniry, Unimal dan UTU serta sejumlah pejabat lainnya. (mah)