Kota Bekasi, SpiritNews-Membawa isu reuni 212 di Pilkada Kota Bekasi 2018 merupakan manuver politik yang “genit”. Sebab, dua pasangan calon yaitu Rahmat Effendi-Tri Adhianto yang diusung Golkar, PPP, Hanura, PAN, PKB dan Demokrat serta pasangan Nur Supriyanto – Adhi Firdaus yang diusung PKS-Gerindra semuanya beragama Islam.
Demikian dikatakan, Pemerhati Kebijakan dan Pelayan Publik Bekasi, Didit Susilo, kepada SpiritNews, Senin (15/1/2018).
Menurutnya, isu itu tidak efektif dipakai dalam Pilkada Kota Bekasi karena beberapa faktor.
Pertama, dalam Pilkada serentak 2018 kali ini hampir semua parpol (partai politik) yang ada baik yang menyokong gerakan 212 saling silang koalisi.
“Kedua, semua pasangan berasal dari umat Islam dan yang ketiga karakteristik Kota Bekasi 80 persen beragama Islam. Di Kota Bekasi yang mayoritas muslim tidak bisa ditarik seperti Pilkada DKI Jakarta tahun lalu,” kata Didit.
Dikatakan, kedua pasangan calon (paslon) sudah mencontohkan perpolitikan kegembiraan dan tetap menjalin silaturahmi saat menjalani proses tes kesehatan di RSUP Gatot Subroto.
“Ini kan pesta demokrasi untuk memilih pemimpin terbaik. Untuk apa saling fitnah hanya gara-gara beda dukungan dan pilihan. Justru kalau itu terjadi berarti umat yang dikorbankan,” tegasnya.
Diakuinya, meski Pilkada kali ini kurang greget karena peta kekuatan yang jomplang, namun diharapkan semua pasangan calon, pendukung dan simpatisan tetap menjaga etika perpolitikan dan menjadikan situasi tetap kondusif.
“Para pasangan calon dan parpol pendukung tidak usah memanas-manasi calon pemilih dengan isu SARA, kontra produktif dan politik hitam,” tandasnya.
Justru dengan hanya dua pasangan, lanjut Didit, seharusnya pasangan calon mengeksploitasi gagasan-gagasan yang baru, inovatif, kreatif dengan ide-ide segar, visi-misi Kota Bekasi jauh ke depan dan menawarkan program realistis untuk Bekasi yang lebih baik.(sam)