Kabupaten Pidie, SpiritNews-Jumlah kunjungan berobat jalan pasien gangguan jiwa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Tgk Chik Di Tiro Sigli, Kabupaten Pidie mencapai 90 orang per hari dan pasien rawat inap sekitar 16 orang. Sementara catatan tahun 2017 hanya sekitar 30 orang per hari.
Dokter Spesialis Jiwa, RSU Tgk Chik Di Tiro Sigli Kabupaten Pidie, dr. Khairiadi Sp.Fj, mengatakan, masyarakat gangguan jiwa di Kabupaten Pidie meningkat drastis. Terbukti, pasien gangguan jiwa yang dirawat inap di RSU Tgk Chik Di Tiro Sigli mencapai 16 orang setiap hari.
“Kemungkinan besar angka itu terus meningkat dratis,” kata Khairiadi kepada SpiritNews, Jum,at (19/1/2018).
Selain itu, kata Khairiadi, penderita gangguan jiwa yang berobat di RSU Tgk Chik Di Tiro Sigli rata-rata berusia produktif, berumur 20 hingga 40 tahun. Penyebabnya diduga akibat beban ekonomi, karena kebutuhan hidup tidak seimbang dengan pendapatan.
“Faktor lain seperti akibat pengaruh narkoba. Sehingga, dalam satu bulan,
kunjungan pasien gangguan jiwa mencapai 1.200 – 1.300 orang,” katanya.
Untuk menekan angka tersebut, kata Khairiadi, harus ada kepedulian stakeholder. Baik Muspika di setiap kecamatan, guru di semua sekolah/madrasah, dan pada orang tua.
“Dengan adanya dukungan semua pihak, warga yang mengalami gangguan jiwa di Pidie bisa berkurang,” ujarnya.
Istri Wakil Bupati Pidie, Wikan Wistihartati, mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pidie, khususnya Dinas Kesehatan telah melepas dua pasien gangguan jiwa dari pasungan. Yakni, Saudah (36) dan Idawati (40), warga Desa Mee, Kecamatan Batee.
“Sudah telah kami boyong ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Banda Aceh. Sementara Idawati akan dibawa ke RSJ Banda Aceh pada Senin (19/1),” kata Wikan.
Ia mengatakan, pasien gangguan jiwa yang dikunjunginya berjumlah empat orang. Yaitu Saudah, Idawati, Nelly (35), dan Nurma (47). Namun, hanya Saudah dan Idawati yang dipasung.
“Sedangkan Nelly sebenarnya menderita epilepsi, namun sering kumat sehingga pihak keluarga terkadang harus memasungnya. Sementara pasien Nurma, kini mulai sembuh dan sudah mampu berkomunikasi dengan baik,” ungkap Wikan.
“Keempat pasien gangguan jiwa itu sudah pernah berobat di RSJ, tapi belum sembuh total. Sehingga perlu pemantauan, terutama terkait pengobatannya yang harus dilakukan secara kontiniu,” tambahnya.(hen)