Kabupaten Bandung Barat, SpiritNews-Penutupan Jalan DAM Saguling yang melewati Kantor Pusat bendungan Waduk Saguling yang telah berlangsung selama dua minggu ini mengharuskan warga masyarakat untuk memilih jalur alternatif lain jika ingin menuju arah Cipongkor, yakni melalui Jalan Cianjur Saguling yang jaraknya tidak jauh sekitar 500 meter dibanding lewat Dam bendungan.
General Manajer (GM) Indonesian Power, Buyung Arianto menjelaskan alasan penutupan Jalan DAM Saguling untuk kendaraan roda dua dan empat, yakni untuk kelangsungan ketahanan bendungan dengan mengajak masyarakat berperan aktif menjaga aset bangsa (pembangkit listrik tenaga air) dalam memberikan kontribusi listrik bagi Jawa-Bali. Sosialisasi penutupan ini sejak 8 Februari.
“Target 2025, PLTA ini menjadi elemen penting dalam pembangunan. Bendungan Saguling dan Cirata itu menjadi objek vital nasional yang dapat menghasilkan 30 persen energi baru terbarukan (EBT). Jadi, kami ingin ajak warga untuk jaga kelangsungan penghasil listrik ini,” katanya saat konferensi pers di Kantor IP, Saguling, Jumat (23/2/2018).
Sebelumnya, ada beredar kabar terkait retaknya bendungan Saguling sehingga mengharuskan Jalan DAM Saguling tutup menyusul kejadian gempa di Lebak Banten. Menurut Buyung, tidak ada keretakan yang terjadi di bendungan. Pihak IP, Buyung menegaskan langsung melakukan Standar Operasional Prosedur (SOP) usai terjadi gempa.
“Kami langsung mengecek ke lokasi menggunakan alat khusus. Kami pun baru saja sertifikasi bendungan. Kami tegaskan kondisi bendungan aman sesuai alat ukur bukan asumsi,” ujarnya.
Penutupan ini juga, Buyung mengatakan bukan upaya satu sisi melainkan semua pihak yang peduli pada ketahanan energi baru terbarukan agar semakin sukses.
Dengan ditutupnya bendungan (obvitnas) untuk umum membuat semakin steril dan semakin aman. Itulah strategi yang signifikan guna keberlangsungan pasokan listrik yang telah dicanangkan untuk 2025 target 30 persen.
“Kami ingin investasikan waduk ini untuk jangka panjang. Sebab, tanpa adanya PLTA Saguling dan Cirata maka warga tidak dapat menikmati listrik. Terimakasih pada warga yang rela memilih jalan lain, sehingga tidak banyak beban yang diterima bendungan. Dan ketahanan menjadi kuat,” ujarnya seraya mengatakan setiap satu semester sekali melakukan pengecekan bersama PLN.
Supervisor Senior Geo Teknik dan Hidrologi waduk, Deni Jamaludin mengungkapkan, inspeksi terus menerus dilakukan dengan melakukan analisa tugu bendungan.
Beban dinamis salahsatunya disebabkan karena masalah lalu lintas, selain dari angin, gelombang air, dan gempa menjadi yang paling bisa diupayakan.
“Hanya lalu lintas yang bisa dikendalikan selain itu mah karena alam. Lalulalang kendaraan ini memang jadi pengaruh juga. Jadi, kami pastikan ini aman dan tidak ada retakan. Kalau penurunan bendungan ada tapi hanya 60 sentimeter saja dari usia bendungan yang berusia 30 tahun,” katanya.(gus)