Jakarta, SpiritNews-Ketua DPR Bambang Soesatyo menyatakan, dialog dan musyawarah harus menjadi jalan utama dalam menyelesaikan konflik ataupun perbedaan pendapat. Menurutnya, cara-cara kekerasan seperti demonstrasi yang membabi buta dan aksi anarkistis tidak boleh lagi dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
Bamsoet menyatakan hal itu ketika menyampaikan orasi politik pada Milad Akbar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ke-54 di Yogyakarta, Rabu (14/3/2018) malam. Legislator Golkar itu mengatakan, konstitusi memang menjamin kebebasan berpendapat.
“Dahulukan cara dialog dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah. Kalau tidak bisa juga, biarkan hukum menjadi jalan terakhir. Di situlah sejatinya kehidupan demokrasi yang berkeadaban,” tuturnya.
Hadir di acara itu Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher, Ketua PP Muhammadiyah Dahlan Rais, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Gunawan Budiyanto, serta perwakilan IMM dari sejumlah wilayah di Indonesia.
Bamsoet dalam orasinya juga mengingatkan semua pihak agar mewaspadai munculnya paham dan ajaran yang ingin mengganti ideologi Pancasila. Misalnya, munculnya ideologi khilafah atau ancaman bangkitnya komunisme.
Menurut Bamsoet, negara yang berdasar Pancasila merupakan bentuk ideal dan sudah final bagi bangsa Indonesia. Karena itu, katanya, Pancasila harus dipertahankan sekalipun dengan mengorbankan jiwa dan raga.
“Jika taruhannya adalah ideologi Pancasila, tegaknya NKRI serta persatuan dan kesatuan bangsa, maka tidak boleh ada keraguan sedikitpun untuk menyatakan sikap dengan tegas. Ideologi Pancasila harga mati,” tegasnya.
Selain itu, Bamsoet juga mengungkapkan terjadinya polarisasi dan fragmentasi di masyarakat sebagai dampak dari pertarungan dalam pilkada. Legislator Golkar itu menegaskan, munculnya politik identitas dengan menggunakan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) di pilkada bisa mengancam keutuhan bangsa.
“Pembangunan tidak boleh dibebani oleh masalah-masalah politik serta isu SARA yang tidak produktif. Apalagi, sampai mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Politik zaman now harus jauh dari penggunaan isu-isu SARA yang jelas hanya akan memecah belah persatuan bangsa,” kata Bamsoet.
Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini juga mengajak semua pihak untuk berjuang bersama mengatasi kesenjangan sosial yang masih terjadi di masyarakat. Bamsoet mengatakan, pemerintah memang sudah bekerja keras menurunkan angka rasio gini dari 0,41 menjadi 0,38.
Hanya saja, katanya, kesenjangan sosial dan ekonomi masih tetap ada di masyarakat. Karena itu, semua pihak harus bekerja sama mengentaskan 27 juta rakyat yang masih di bawah garis kemiskinan.
“Kebijakan ekonomi berkeadilan harus kita dorong, program redistribusi aset harus kita jalankan. Demikian pula pemberdayaan UMKM dan pengentasan kemiskinan harus kita sukseskan. IMM bersama organisasi kemahasiswaan yang lain harus hadir untuk memberi solusi,” tegas Bamsoet.
Bamsoet juga meminta IMM bisa menjadi tenda besar bagi kemajemukan kaum muda Indonesia. Menurutnya, IMM harus menjadi pionir terdepan di kalangan generasi muda untuk merangkul semua kelompok, golongan, etnis dan agama.
“IMM juga harus mampu membangun kehidupan berbangsa yang sejuk dan damai. Mari kita perkuat kembali sendi-sendi kebangsaan, membangun solidaritas dan kebersamaan sebagai bangsa. Kita harus tempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok dan golongan. Kita adalah Indonesia,” tegasnya.
Bamsoet pada bagian akhir orasinya menyampaikan dua buah pantun untuk IMM. “Mahasiswi cantik beli kuweni, kuweni dibeli di tengah pasar. Dari jauh saya datang ke sini, karena IMM rayakan milad akbar,” tutur Bamsoet.
Sedangkan pantun terakhirnya berisi harapan ke IMM. “Makan sayur dengan ketupat, minum teh seribu bunga. IMM menjadi kekuatan perekat, untuk perkuat persatuan bangsa,” tutur Bamsoet sembari melempar senyum yang disambut tepuk tangan para hadirin.(SpiritNews)