Kabupaten Karawang, SpiritNews-Orang tua siswa SMPN 2 Majalaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat mengeluhkan pungutan biaya perpisahan yang rencananya akan dilaksanakan di Yogyakarta.
Salah seorang orangtua siswa yang tidak bersedia disebutkan identitasnya, mengatakan, pungutan yang dilakukan sekolah tersebut sangat membebani orang tua.
Adapun biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh orang tua siswa adalah, biaya perpisahan ke Yogyakarta untuk kelas 3 sebesar Rp 900 ribu (untuk siswa-siswi yang ikut).
“Sedangkan siswa-siswi yang tidak ikut ke Yogyakarta diwajibkan membayarkan biaya sebesar Rp 150 ribu,” kata orang tua siswa tersebut kepada SpiritNews, Jumat (30/3/2018).
Anehnya lagi, kata orang tua tersebut, pihaknya sekolah sudah memungut biaya legalisir ijazah sebesar Rp 100 ribu dan biaya pembelian map ijazah sebesar Rp 100 ribu per siswa.
“Ujian akhir saja belum dilaksanakan dan ijazah belum ada, tetapi biaya legalisir dan biaya pembelian map sudah dipungut,” jelasnya.
Bukan hanya itu. Pengelola SMPN 2 Majalaya juga membebani orang tua untuk pembuatan taman sekolah. Namun, pada kenyataannya taman tersebut tidak pernah ada. Termasuk untuk pembelian jam dinding dan taplak meja dibebankan kepada siswa.
“Untuk taman, sekolah memungut biaya sebesar Rp 100 ribu per siswa. Untuk membeli jam dinding dipungut dari siswa sebesar Rp 5.000 per siswa dan untuk membeli taplak meja juga dari siswa sebesar Rp 5.000 ,” katanya.
Menurutnya, untuk biaya pembuatan taman, pembelian jam dinding dan taplak meja tersebut bukan hanya dibebankan kepada siswa kelas 3, melainkan semua siswa kelas 1 dan 2 juga dipungut.
“Sekolah juga memungut biaya bimbingan belajar (bimbel) sebesar Rp 100 ribu per siswa,” ujarnya.
Ketua Komite Sekolah SMPN 2 Majalaya, Didi Supardi, mengaku, tidak mengetahui adanya rencana SMPN 2 Majalaya untuk melakukan perpisahan siswa kelas 3 ke Yogyakarta.
Namun, setelah ia berkomunikasi dengan sekretaris komite sekolah, bahwa rencana perpisahan siswa kelas 3 ke Yogyakarta memang benar adanya.
“Saya sudah komunikasi dengan sekretaris komite. Rencana perpisahan ke Yogyakarta itu merupakan program Komite Sekolah yang lama dan sudah pernah dirapatkan dengan orang siswa,” kata Didi.
Namun, Didi mengaku tidak mengetahui secara rinci, karena pada saat rapat dengan orang tua murid, ia tidak bisa ikut.(sir)