Banda Aceh, SpiritNews-Wakil Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, menyebutkan “hitam-putih” kelangsungan bangsa berada di tangan mahasiswa. Cerminan Indonesia di masa depan bisa dilihat dari bagaimana pergerakan mahasiswa saat ini.
“Jangan pernah pesimis (terhadap masa depan-red). Kalau mahasiswa pesimis, tidak ada lagi yang tersisa,” kata Nova saat mengisi seminar nasional terkait problematika masyarakat menuju 20 tahun reformasi, dalam Kongres Mahasiswa Sumatera II, di Fakultas Pertanian Unsyiah, Senin (02/02/2018).
Dewasa ini, kata Nova, banyak masyarakat termasuk mahasiswa di Indonesia yang berada pada tingkat kegalauan yang luar biasa. Seharusnya hal itu tidak terjadi di kalangan mahasiswa. “Kita seharusnya jadi solusi,” tegasnya.
Nova mengutip pepatah Inggris: pemenang adalah bagian dari solusi sementara pecundang adalah bagian dari problem.
“Jangan-jangan kita seperti di bilang Pak Amin Rais. Kita bukan bagian dari problem tapi kita sendiri yang menjadi problem,” katanya.
Dikatakan, ada beberapa permasalahan bangsa. Di antaranya adalah munculnya entitas pecundang yang sengaja menciptakan fitnah-fitnah (hoax). Fitnah, kata Nova, merupakan tingkat kemunafikan paling tinggi, yang bahkan dalam Islam disebutkan lebih tinggi dari pembunuhan.
“Orang seperti inilah (penyebar hoax) ini adalah pecundang menurut saya,” kata Nova.
“Bagi mahasiswa, pecundang bukanlah pilihan. Sebuah keniscayaan bahwa kita wajib jadi pemenang dan jadi solusi bagi setiap masalah bangsa,” tambahnya.
Nova meminta agar mahasiswa bisa memanfaatkan bonus domografi Indonesia di tahun 2030. Di tahun itu, Indonesia harus menjadi pemenang dan hal itu bisa dilakukan oleh pergerakan-pergerakan mahasiswa.
Menurutnya, ada beberapa permasalahan lain yang terjadi di Indonesia. Peredaran narkoba, kekerasan terhadap perempuan dan anak serta hilangnya kedaulatan bangsa.
“Ada sebuah realita, 80 persen penghuni penjara adalah narapidana narkoba,” tandasnya.
Selain itu, kedaulatan bangsa juga dipertanyakan. Misal banyak pejabat negara terjerat kasus korupsi. Belum lagi kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat. BBM bersubsudi hilang. Garam diimpor padahal Indonesia adalah negara dengan garis pantai kedua di dunia setelah Kanada, dengan panjang 54.716 kilometer.
“Banyak statement frustasi yang dikeluarkan oleh petinggi negeri. Seharusnya yang mereka berikan adalah solusi,” ujarnya.
Berbagai persoalan itu, lanjut Nova, harus menjadikan mahasiswa untuk lebih kritis. Mereka diminta menggalang solidaritas secara konkrit untuk menjaga keutuhan bangsa dan kedaulatan negara sehinga di tahun 2030 bangsa Indonesia tetap menjadi pemenang.(mah)