Dedi Mulyadi Berharap Pelajar di Jabar Bisa Dalami Kitab Kuning

  • Whatsapp
Dedi mulyadi saat berada di kediaman Rumah ibu lilis Komalasari (60) seorang guru ngaji dari Kabupaten Garut
Dedi mulyadi saat berada di kediaman Rumah ibu lilis Komalasari (60) seorang guru ngaji dari Kabupaten Garut

Kabupaten Garut, SpiritNews-Calon Wakil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi berharap pelajar di Jawa Barat bisa mendalami kitab kuning. Bahkan, pendalaman kitab kuning bagi pelajar Muslim di Jawa Barat sudah masuk program kerja pasangan dari Deddy Mizwar di Pilgub Jawa Barat tersebut.

“Anak-anak muslim di Jawa Barat nanti diajarkan mendalami kitab kuning. Ini seperti yang Ibu Lilis lakukan di sini. Kitabnya juga Safinah karena masih tahap dasar,” katanya.

Bacaan Lainnya

Karena itu, sosok guru ngaji, menurut Bupati Purwakarta dua periode itu, perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Kalangan pesantren, kata dia, akan menjadi pusat kaderisasi guru ngaji dalam rangka suksesi program tersebut.

“Guru ngajinya digaji oleh pemerintah. Spirit Ibu Lilis harus menggema di Jawa Barat. Generasi kita harus menjadi generasi cinta tanah air dalam religiusitas,” pungkasnya.

Perhatian Dedi Mulyadi akan pentingnya mensejahterakan guru ngaji didapat Lilis Siti Komalasari (60). Ia merupakan seorang guru ngaji dari Kabupaten Garut. Rumahnya beralamat di Desa Rancabango, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut Jawa Barat.

Rumah itu sebenarnya lebih layak disebut gubuk. Pasalnya, bangunan yang berdiri di atas tanah 2×3 meter itu hanya berdinding bilik bambu. Tidak ada peralatan rumah tangga yang tampak di dalamnya.

Lampu templok digunakan oleh Lilis untuk melihat barisan huruf hijaiyah dalam Al Qur’an saat malam hari. Dia rutin bertadarrus usai menjalankan shalat lima waktu. Mata kanannya yang sudah tidak mampu melihat tidak menjadikan dia abai terhadap kewajiban.

Kondisi tubuh guru ngaji kampung itu memang berada dalam keadaan kurang sempurna. Bukan hanya mata, kedua kakinya tidak mampu digunakan untuk berjalan, bahkan untuk sekedar berdiri pun sulit. Lusuh pakaian Lilis terlihat menambah pilu kondisi wanita yang pernah 4 tahun mengenyam pengajaran di sebuah pesantren itu.

Neng Sari, begitu Lilis disapa. Sebuah sapaan setara Ceng untuk laki-laki. Sapaan tersebut digunakan oleh masyarakat Garut untuk menghormati seseorang yang dinilai memiliki pemahaman mumpuni dalam Agama Islam.

Mengajar ngaji menjadi aktivitas pengusir sepi setiap hari. Neng Sari biasa digendong oleh salah seorang warga setempat untuk bisa sampai ke tempat pengajaran. Biasanya, masjid atau majelis taklim.

“Ini rumah kakak saya sebenarnya. Sejak 6 tahun lalu numpang tinggal di sini. Kalau sore, ada yang jemput. Saya dibopong untuk mengajar anak-anak ngaji Al Qur’an, Barzanji dan Kitab Safinah. Kalau tidak ada yang jemput, saya merangkak sendirian,” kata Neng Sari, Kamis (12/4/2018).

Alunan ayat suci Al Qur’an dari lisan Neng Sari memang merdu. Kemerduan itu sudah dibuktikan oleh calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Tajwid dan irama tilawahnya sangat terasa. Kepiawaian ini tengah dia wariskan kepada anak-anak di desanya.(SpiritNews)

Pos terkait