
Kabupaten Bandung Barat, SpiritNews-Keberagaman budaya dan agama di Indonesia menarik perhatian bagi warga asing.
Rentetan ledakan bom yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo Jawa Timur tidak membuat khawatir bagi Manon Borie, wanita 27 tahun asal Montpellier, Perancis.
Saat ini, Manon menetap sementara di Kampung Batulonceng, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dengan sikap toleransi yang kuat, justru membuat warga asing ini nyaman dan tidak takut dengan kondisi keamanan di Indonesia.
Tinggal di negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia, Manon tidak merasakan hidup sebagai minoritas, bahkan dirinya merasa diperlakukan sangat baik oleh warga setempat.
“Orang di sini ramah-ramah, meski saya bukan muslim dan kebudayaan antara orang Indonesia dan Perancis sangat jauh berbeda, saya bisa diterima dengan baik sebagai pendatang di kampung ini,” kata Manon dengan bahasa Inggris, Selasa (15/5/2018).
Aksi teror yang terjadi di Indonesia bukan dilakukan oleh orang-orang muslim, karena dia sudah merasakan jika umat beragama di tanah air sangat menjunjung toleransi, agama Islam hanya dijadikan alat oleh pelaku terorisme untuk memecah belah perdamaian.
“Pada mulanya, saya merasa teroris adalah kegiatan umat muslim, dan yang melakukan orang muslim. Tapi sekarang, saya alami langsung bagaimana hidup di tengah-tengah orang muslim, ternyata di sini, toleransi antar umat beragamanya tinggi, orang-orangnya bisa menerima perbedaan,” ujarnya.
Selama tinggal di Batulonceng, kata Manon dirinya melakukan berbagai aktivitas bersama warga sekitar, seperti berkebun, mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak setempat, dan membantu warga memanen palawija serta kopi tanpa paksaan.
Selain itu, Manon memutuskan akan mencoba untuk ikut berpuasa bersama masyarakat sekitar. “Saya tinggal dengan keluarga yang menerima saya dengan baik dan diperlakukan seperti warga biasa. Saya datang dari Perancis dengan perbedaan agama dan budaya, masyarakat sangat menjunjung perbedaan itu. Toleransi antarumat beragama di sini sangat bagus,” kata wanita berparas cantik dan berambut pirang ini.
Perbedaan agama dan ras, lanjutnya dapat membuat satu sama lain semakin rukun dan menjunjung tinggi toleransi, sehingga tak terjadi perseteruan yang mengatasnamakan perbedaan. Sebab, keberagaman budaya dan agama merupakan salah satu kekayaan dan kebanggaan yang harus terus terjaga.
“Saya banyak bercerita tentang kebudayaan dan agama di Perancis, dan warga juga banyak cerita tentang apa yang ada di sini. Ternyata, keramahan orang Indonesia membuat saya heran, warganya ramah-ramah dan selalu ingin menyapa saya,” ujarnya.
Manon mengakui ada perbedaan antara pemeluk agama Islam di Perancis dengan di Indonesia. Jika di Perancis, kata Manon umat Islam jarang melakukan aktivitas keagamaannya, terutama anak mudanya, tetapi di Indonesia, masyarakatnya lekat dengan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti salat, puasa, dan mengaji.
“Saya bukan muslim, dan saya juga tak begitu taat melakukan aktivitas keagamaan, tapi masyarakat bisa menghargai dan tidak menuduh saya sebagai orang tidak baik. Kami sama-sama saling menghargai, mereka bisa menghormati serta menerima perbedaan agama dan budaya yang saya miliki,” ucap dia.
Sebagai informasi, Manon adalah salah satu relawan yang ikut dalam Gerakan Kerelawanan Internasional (Great). Setiap tahun organisasi nonpemerintah ini mengirim warga negara asing yang ingin belajar tentang kehidupan warga desa, khususnya di Kampung Batuloceng. Manon tinggal di Indonesia selama dua bulan sejak 13 April -13 Juni 2018.(gus)