Riau , SpiritNews-Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah membentuk sistem pemagangan yang terstruktur, sistematis, dan masif guna menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan kompeten.
Melalui sistem pemagangan yang baik, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri tidak ingin lagi ada peserta magang yang hanya disuruh bikin kopi dan foto copy ketika mengikuti program pemagangan di perusahaan.
“Salah-satu cara menciptakan SDM terampil adalah melalui pemagangan. Tapi pemagangannya ini bukan rekrutmen buruh murah. Jadi pemagangan yang benar-benar sistematis,” kata Menaker Hanif saat sahur bersama pengusaha Apindo DPP Riau, Sabtu (19/5/2018).
Menaker Hanif mengatakan, contoh bagus sistem pemagangan di sektor otomotif ada di Toyota. Di sana sistem pemagangannya luar biasa. Dari segi biaya lebih efisien dibanding merekrut fress graduate tapi dari sisi pengembangan skill jauh lebih cepat.
“Anak-anak menjadi memiliki skill luar biasa karena mereka menjalani pemagangan yang benar bukan hanya sekedar disuruh bikin kopi dan foto copy,” ungkap Menaker Hanif.
Menaker Hanif mengakui, ke depan makin banyak tantangan di bidang ketenagakerjaan bukan hanya soal hubungan industrialnya tapi yang lebih mengkhawatirkan adalah soal pekerja skill yang jumlahnya sangat sedikit.
“Ini terjadi karena dari sisi pendidikan angkatan kerja kita sekitar 60% masih lulusan SD-SMP. Oleh karena itu saya minta tolong kepada teman-teman Apindo untuk bersama-sama pemerintah menggenjot peningkatan skill,” tutur Menaker Hanif.
Pemerintah pusat saat ini sudah memiliki Komite Vokasi Nasional yang anggotanya terdiri dari unsur pemerintah (Kemnaker), pengusaha (Kadin dan Apindo), dan perguruan tinggi. Menaker Hanif berharap konsep pemagangan yang ada di pusat bisa diadopsi di daerah
“Jika ini bisa dikembangkan di daerah, kita juga bisa buat skema-skema pemagangan di sini. Sektor industrinya apa saja. Mungkin pariwisata, perhotelan, atau perkebunan tapi pola dan sistemnya harus jelas.
Kalau kita tidak melakukan ini akan sulit mendapatkan tenaga kerja skill di masa depan,” ucap Menaker Hanif.
Menaker Hanif mengambil contoh kasus di Morowali. Di sana untuk mencari pekerja yang memiliki skill mengendarai mobil truk saja sangat sulit.
“1500 lowongan untuk supir Dam Truk dibuka di Morowali. Syaratnya hanya satu, memiliki SIM B2. Yang daftar berapa? Hanya 8 orang. Akhirnya diturunkan dari B2 ke B1. Tetap saja tidak nambah. Akhirnya diturunkan lagi menjadi SIM A. Hasilnya nambahnya tidak banyak. Sampai akhirnya tidak perlu syarat SIM. Tapi setelah dites gak bisa juga. Ini gimana?” ujar Menaker Hanif.
Untuk itu Menaker Hanif sekali lagi meminta bantuan kepada teman-teman Apindo untuk bersama dengan pemerintah menggenjot pemagangan.
“Presiden Jokowi sudah memberikan tambahan anggaran ke Kemanker sebanyak 3,1 triliun khusus untuk program pelatihan. Jadi ini untuk membantu penyediaan tenaga kerja skill. Investasi pemerintah ditambah magang tentu akan baik,” ungkap Menaker Hanif.
Kemnaker bersama Kementerian Perindustrian juga sedang mengusulkan pemberian insentif kepada dunia usaha yang ikut investasi SDM.
“Ini dilakukan dalam rangka mendorong perusahaan untuk semakin berminat investasi SDM,” kata Menaker Hanif.(SpiritNews)