Kabupaten Pamekasan, SpiritNews-Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), M. Hanif Dhakiri mendorong agar para pemuda di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur semakin banyak yang menjadi wirausaha.
Untuk memperbanyak jumlah wirausaha, maka investasi paling utama adalah memperkuat skill atau keterampilan anak muda agar kabupaten Pamekasan mampu bersaing dengan kabupaten-kabupaten lain.
“Kalau Kabupaten Pamekasan ini mau maju dan bersaing dengan kabupaten lain, maka potensi anak muda ini harus dibangun, diperkuat skill-nya agar mereka nanti sanggup bersaing dengan SDM dari daerah lain,“ kata Hanif saat memberikan kuliah tamu kepada akademisi pegiat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bakti Bangsa, Kabupaten Pamekasan, Senin (21/5/2018) malam.
Temu akademi yang bertema bertema “Enterpreneurship Mengentaskan Pengangguran” dihadiri oleh Ketua DPRD Jawa Timur Halim Iskandar, Ketua Yayasan STIE Bakti Bangsa Holis, 300 mahasiswa dan berbagai Ormas Pemuda di Kabupaten Pamekasan.
Hanif mengatakan, skill merupakan cara perlindungan terbaik untuk warga negara. Skill diperlukan anak-anak muda di masa depan karena melalui skill yang baik, anak-anak muda bisa melindungi dirinya dalam dunia yang penuh persaingan.
Untuk mengembangkan wirausaha, kata Hanif, syaratnya harus ada ekosistem yang dibangun di daerah. Pertama, kemudahan memperoleh pelatihan skill. Harus ada akses dan tempat yang memadai. Kedua, harus ada skema pembinaan yang jelas.
“Kalau butuh pembina, harus pembina yang telah memiliki pengalaman. Jangan sampai pembinanya tidak memiliki wirausaha. Salah satu yang bisa dimanfaatkan adalah dengan bekerjasama industri tertentu yang menekuni wirausaha,“ katanya.
Syarat Ketiga, kata Hanif, adalah akses permodalan yang menjadi penting untuk memastikan usaha yang dirintis bisa dikembangkan lebih lanjut.
Keempat adalah inkubasi bisnis. “Jadi harus ada akses modal, inkubasi bisnis, skema modal dan pembinaannya juga ada. Kalau ini ada, maka kekuatan wirausaha di Indonesia akan berkembang di masa yang akan datang,“ katanya.
Menurutnya, wirausaha di Indonesia masih kalah dibanding negara lain. Standar Intenasional, akan dianggap cukup negara itu jika kalau empat persen dari jumlah penduduknya adalah wirausahawan.
Hingga saat ini, kata Hanif, wirausaha di Indonesia baru mencapai 3,1 persen atau belum sampai 4 persen. Jumlah wirausaha Indonesia tersebut masih kalah dibandingkan Malaysia yang sudah mencapai 5 persen, Singapura 7 maupun Jepang yang sudah mencapai 9 persen.
“Artinya ada PR (pekerjaan rumah) besar di republik ini yakni bagaimana anak-anak muda ini didorong bukan sekedar punya skill untuk bekerja. Tetapi yang penting bagaimana punya skill untuk menciptakan lapangan kerja sehingga anak-anak tak bergantung kepada lapangan kerja,“ ujarnya.
“Skill diperlukan untuk kepentingan dua hal. Pertama, dalam hubungan dengan kerja, maka skill bisa jadi alat untuk masuk ke pasar kerja/perusahaan/industri dan lain-lain. Kedua, skill itu juga bisa jadi dasar kewirausahaan. Tak mungkin dia akan wirausaha tanpa skill yang dimiliki untuk membangun wirausaha,“ tambahnya.(rls/SpiritNews)