Kota Banda Aceh, SpiritNews-Banyak pengunjung yang terkejut ketika melihat aksara Gayo yang sebelumnya tidak pernah mereka tahu. Bahkan sebagian pengunjung menganggap aksara yang terpajang di sebuah stand Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) Tahun 2018, merupakan aksara jawa.
“Baru kali ini aksara Gayo tampil di PKA. Aksara Gayo umurnya sudah tua, dimana kini sedang diteliti kembali untuk pembuktian lebih lengkap. Kali ini ditampilkan pada PKA ke-7 sebagai sfesifik Gayo yang tidak ada di daerah lain,” ujar Uswatuddin, Ketua PKA Aceh Tengah.
Ia mengungkapkan, peminat stand pihaknya yang menampilkan aksara Gayo cukup banyak. Bukan hanya orang Gayo, para pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dari daerah lain pun banyak yang belajar menulis aksara Gayo.
“Aksara ini harus dipelajari, khususnya oleh orang Gayo. (Untuk menunjukan, red) mereka memang memiliki aksara sendiri,” tambah Uswatuddin di sela-sela menerima kunjungan masyarakat di stand negeri antara ini.
Di stand tersebut, kakek Bentara Linge dibantu cucunya Amna Nurul Ihlas yang merupakan mahasisiwi UIN Arraniry, mengenalkan dan mengajarkan kepada para pengunjung tentang cara menulis aksara Gayo.
Diketahui, Bentara Linge yang mendapatkan aksara tersebut dari bebatuan dan lainya, kemudian menyatukan seluruh aksara itu dan akhirnya diseminarkan. Aksara Gayo ini menjadi sarana penulisan yang indah, karena bukan hanya unik, berbeda dengan huruf latin, namun ketika huruf itu disambung menjadi kata dan kalimat yang terlihat indah.
“Semoga apa yang kita persembahkan dalam PKA ke-7, ada catatan sejarah di dalamnya, dan banyak hal yang kita perkenalkan. Selain aksara, kita juga memajang duplikat kerangka manusia dari Loyang Mendale yang umurnya sudah mencapai 8.500 tahun, serta dimunculkan kembali tari yang hampir punah, yakni Tari Sining,” kata Uswatuddin.(mah)