TUNTUTAN kehidupan masyarakat terus meningkat seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi. Pada abad 21 ini teknologi benar-benar bekembang dengan baik.
Pada kenyataannya teknologi memang sangat membantu kehidupan masyarakat sehari-hari. Bila dimanfaatkan dengan baik memang akan sangat bermanfaat, namun apabila tidak digunakan dengan bijaksana akan menjadi boomerang bagi diri sendiri.
Sesuai dengan tuntutan pada abad 21, yaitu kemampuan multi tasking, online sosial networking and info searching, multimedia learning, dan creative expression, maka generasi zaman now atau yang lebih dikenal dengan generasi milenial dan Generasi Z harus bisa memenuhi tuntutan tersebut dengan baik.
Berdasarkan rata-rata usianya, siswa SD, SMP, dan SMA sekarang termasuk ke dalam generasi Z, yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 1995 sampai 2010.
Sejauh ini generasi Z bisa dibilang generasi yang paling cepat mengikuti perkembangan abad 21. Generasi Z sendiri memang sudah dikenal sebagai generasi yang multi tasking, karena bisa melakukan banyak kegiatan dalam satu hari, seperti belajar sambil bekerja, bahkan hang out dalam satu hari yang sama.
Dalam kehidupan sosialnya gaya interaksi generasi Z lebih luas dan global. Generasi Z juga lebih kreatif dalam menciptakan suatu hal baru yang belum pernah ada sebelumnya dan sangat menarik, serta generasi Z dinilai lebih berani dan kritis dalam berpendapat.
Namun dibalik semua sisi positifnya, terdapat sisi negatif dari generasi Z. Karena terbiasa dengan hal-hal yang instan, generasi Z menjadi cenderung tidak berpikir panjang dalam mengambil suatu tindakan dan pendiriannya yang mudah goyah.
Gaya kehidupan sosial yang berubah juga membuat generasi Z dinilai kurang dalam sopan santun. Mungkin karena terpengaruh oleh informasi dan pengetahuan yang didapatkan dalam banyak tempat dan kurangnya kemampuan untuk menyaring informasi yang berguna.
Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para guru dalam mendidik siswa di abad 21. Karena secara tidak langsung ada keterkaitan antara kids zaman now (generasi Z) dengan teknologi.
Berbeda dengan siswa zaman dulu yang karakternya terbentuk hanya karena dirinya sendiri dan pengaruh lingkungan serta keluarga. Siswa zaman sekarang dalam pembentukan karakternya turut terpengaruh oleh teknologi dan internet.
Semakin berat tantangannya bagi pendidik, karena kenakalan remaja yang terjadi bukan semata-mata hanya pengaruh lingkungan, namun juga karena pengaruh teknologi dan internet yang sulit dikendalikan.
Akhir-akhir ini sering kali terdengar banyak masyarakat yang mengkritik guru maupun sekolah yang dinilai tidak mampu mendidik siswa, tidak mampu memanfaatkan segala fasilitas yang tersedia, dan masih banyak lagi pendapat yang menyudutkan guru.
Kenakalan remaja yang semakin marak membuat guru dianggap gagal. Terjadinya kegagalan dalam sistem pendidikan juga sering dikaitkan dengan kegagalan guru dalam mendidik siswanya.
Mindset ini harus dirubah. Karena pihak yang ikut bertanggungjawab dalam mendidik siswa bukan hanya guru dan sekolah. Orang tua, keluarga, dan masyarakat juga harus bekerja sama dalam mengawasi dan membina perilaku siswa.
Menurut (Mohamad Surya, 2003 : 2008) dan (Edi Hendri, 2010 : 3), guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian, tanggungjawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yang kuat. Untuk itu, harus memiliki kualifikasi kompetensi yang memadai, kompetensi intelektual, sosial, spiritual, pribadi dan moral.
Guru dituntut untuk mampu mengembangkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman pada abad 21. Guru dan buku bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, karena dalam buku digital dan internet terdapat banyak sekali pengetahuan yang mudah didapatkan.
Oleh karena itu sebagai fasilitator, guru profesional harus mendapatkan pemerataan pengetahuan mengenai pemanfaatan teknologi yang ada sekarang. Karena beda keadaannya antara guru di sekolah yang berada di perkotaan dengan di pedesaan.
Sehingga guru profesional bisa menepis isu yang mengatakan bahwa perlahan profesi guru akan tergantikan oleh teknologi, yang dalam kenyataannya memang kian hari isu tersebut bukan hanya khayalan.
Guru professional harus melek teknologi, cerdas dan kreatif dalam pemanfaatan teknologi. Dapat mengarahkan siswa yang tak bisa dipisahkan dari teknologi agar bisa menggunakan kemajuan teknologi tersebut dengan bijak sebagai penunjang dalam pembelajaran.
Guru harus fleksibel mengikuti perkembangan zaman dan karakter siswa yang semakin bermacam-macam seiring berkembangnya zaman. Bukan hanya bisanya membatasi dan melarang penggunaan internet pada siswa.
Oleh karena itu sudah sepantasnya guru menyadari untuk segera move on dari guru yang mengajar dengan cara yang old menjadi guru zaman now yang fleksibel dan profesional.(*)
Penulis:
Liani Nurfadillah
Mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten