Petani dan Nelayan di Aceh Utara dan Lhokseumawe Butuh Bantuan Pemerintah

  • Whatsapp
spiritnews.co.id
Nelayan di Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe butuh perhatian pemerintah

Kabupaten Aceh Utara, spiritnews.co.id – Nasib kaum tani dan nelayan di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara sangat menyedihkan hingga membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah agar bisa keluar dari kemiskinan.
Demikian disampaikan, Hendra Saputra, salah eorang tokoh muda yang mengaku rajin menelusuri daerah pedalaman dan pesisir pantai saat berbincang-bincang mengenai nasib pertani dan nelayan, kepada spiritnews.co.id, di Aceh Utara, Rabu (13/3/2019).

Baca Juga : Dirjen PSP Kementan Tawarkan RJIT untuk Pertanian Karawang

Bacaan Lainnya

Menurutnya, kondisi para petani dan nelayan di Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe saat ini sungguh sangat memprihatinkan dan butuh perhatian yang serius dari Pemerintah Kota (Pemkot) Lhokseumawe, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Utara dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh.
“Petani dan nelayan di dua daerah tersebut selama ini sangat minim tersentuh bantuan dari pemerintah. Padahal mereka sangat membutuhkannya,” kata Hendra.
Dikatakan, yang dibutuhkan oleh petani dan nelayan mungkin sangat sederhana dan kesemuanya merupakan sarana penunjang bagi peningkatan dan kelancaran usaha mereka seperti bibit palawija, pupuk, jaring dan bibit ikan yang disertai pelatihan.

Berita Terkait : Petani Karawang dapat Bantuan Senilai Rp 1,26 dari Kementan dan KKP

“Petani dan nelayan sangat berharap terhadap bantuan tersebut lantaran keterbatasan modal serta pengetahuan yang mereka miliki. Jangankan membeli bibit, pupuk atau jaring ikan, untuk makan sehari-hari saja mereka sudah susah,” jelasnya.
Penyebab utama kemiskinan nelayan di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, kata Hendra, adalah terletak pada pola patron-klien yang begitu menggurita antara nelayan dengan majikan (mugee). Pola ini pula yang menyebabkan penghidupan kaum nelayan turun temurun tetap miskin.
“Pola ini sangat sulit untuk dihilangkan. Hal ini terjadi karena para kalangan mugee adalah alternatif satu-satunya ketika nelayan menghadapi kesulitan sewaktu akan pergi melaut, baik itu keperluan semasa berada dilaut seperi solar, beras dan es pengawet ikan serta kebutuhan anak istri yang ditinggalkan dirumah,” tegasnya.(mah)

Pos terkait