Kabupaten Aceh Utara, spiritnews.co.id – Gas elpiji ukuran 3 kilogram masih langka dan sulit didapatkan warga Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara. Kalau pun ada, harganya meroket di tingkat eceran.
Sejumlah warga mengaku, kelangkaan tabung gas melon itu sudah berlangsung sejak bulan puasa hingga hari raya Idul Fitri 1440 H.
Seorang warga Lhoksukon, M. Thaib, mengeluhkan kondisi kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kilogram ini.
“Sudah keliling ke beberapa kios – kios, tapi susah dapat,” kata Thaib, kepada spiritnews.co.id, di Lhoksukon, Minggu (9/6/2019).
Ia berharap agar ketersediaan gas elpiji ukuran 3 kilogram di Kecamatan Lhoksukon dan sekitarnya, kembali normal seperti biasa.
“Tentu dengan harga normal. Kalaupun ada saat ini harga dipengecer sudah sangat tinggi, mencapai Rp 30 ribu per tabung,” katanya.
Pihaknya memohon kepada pihak yang berwajib untuk bisa menerjunkan Satgas Pangan untuk melakukan pengecekan di lapangan, menyelidiki kelangkaan gas tersebut terjadi di daerah itu.
“Langkanya elpiji melon di daerah Malikussaleh karena penyalurannya tidak sesuai dengan peruntukkannya. Padahal di tabung sudah tertulis gas untuk rakyat miskin. Elpiji tersebut banyak terjual kepada rumah makan, warung, kios pengecer dan lainnya. Seharusnya Pertamina bertindak,” ujarnya.
Sementara Dinas Perindagkop Aceh Utara mengakui, harga gas cenderung tinggi di tingkat pengecer.
“Kalau di kios itu bukan kewenangannya, tapi kalau ada pangkalan yang menjual Rp 30 ribu per tabung baru tugas, kok bisa langka kalau menurut media bagaimana yang dikatakan langka,” kata Armansyah, staf Disperindagkop Aceh Utara.
Armansyah mengatakan, pasokan gas elpiji ukuran 3 kilogram di tingkat pangkalan dari agen penyalur selalu lancar.
“Nah, kalau di pangkalan tidak dipasok oleh agen penyalur itu baru langka, kalau langka di pedagang pengecer atau kios itu bukan langka tapi ngak cukup barang yang makai itu bukan pengguna gas elpiji ukuran 3 kilogram bersubsidi, salah peruntukannya,” ungkapnya.(mah)