Kabupaten Bandung Barat, spiritnews.co.id – Warga Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, berharap pagelaran musik Lalala Festival ke-3 dievaluasi jika akan kembali digelar di Orchid Forest yang berada di Kawasan Hutan Pinus Cikole.
Kepala Desa Cikole, Jajang Ruhiat, mengatakan, dua kali gelaran Lalala Festival kerap membawa dampak negatif untuk warga Desa Cikole.
“Dampak negatifnya adalah kemacetan lalu lintas dan banyaknya sampah. Kondisi di lapangan begitu padat dan lalu lintas di wilayah Lembang macet sekali,” kata Jajang, di kantornya, Kamis (13/6/2019).
Dikatakan, kemacetan panjang yang ditimbulkan oleh gelaran Lalala Festival menimbulkan banyak kerugian untuk warga Cikole yang kebanyakan menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan pariwisata. Kemacetan dipastikan mengganggu distribusi sayur mayur daerah di luar Lembang.
“Ini kan tempat wisata, tapi bagaimana pun kita harus menjadikan tempat wisata ini orang datang membawa kesan yang bagus dan nyaman,” bebernya.
Selain itu, Jajang juga meminta kepada pihak Perhutani, Orchid Forest, serta penyelenggara Lalala Festival untuk mengkaji ulang Perjanjian Kerjasama (PKS) Temporer dengan pihak Desa Cikole yang dinilai mengabaikan warga Cikole.
“Dalam PKS temporer desa tidak dilibatkan. Artinya ketika tidak dilibatkan kita tidak tahu menahu tentang acara itu bentuknya seperti apa tapi sifatnya hanya tembusan dari Perhutani untuk rekomendasi dari desa. Tapi setelah itu lepas,” bebernya.
“Bagaimanapun juga, sebagai pemangku hutan desa seluas 680 hektare di sini, kami mempertanyakan kenapa dalam perjanjian PKS temporer kami tidak dilibatkan karena jelas di 680 hektare ini adalah kewenangan kami secara teritorial. Jadi segala bentuk kegiatan apapun yang dilakukan Orchid Forest dan Perhutani kami harus mengetahui,” tambahnya.
Selain itu, Jajang juga mengeluhkan warga desa Cikole yang tidak mendapatkan manfaat ekonomi dari keberadaan Lalala Festival.(gus)