Kota Bekasi, spiritnews.co.id – Outing class merupakan metode pembelajaran yang dilakukan pendidik/mahasiswa diluar ruangan atau kelas bertujuan membekali ketrampilan dan kemampuan dasar tertentu sebagai sarana menumbuhkan kreativitas.
Selain itu outing class merupakan metode belajar yang menyenangkan, mengajarkan untuk lebih mengenal lingkungan sekitar, dan juga menghilangkan kejenuhan suasana belajar didalam kelas.
Hal tersebut disampaikan Praktisi dan Pebisnis Kuliner, Asep Suandi saat menjadi narasumber diacara Outing Class Mahasiswa Jurusan Bisnis Institut STIAMI Kampus Kota Bekasi, Rabu (23/7/2019).
“Outing class ini, sangat bagus dan berpotensi, karena semua program dari tingkat dasar sekarang dicoba belajarnya sukses. Di perguruan tingginya alangkah baiknya Outing Class dilakukan, dan mahasiswa pun pasti senang, karena tidak semata-mata mahahaisswa belajar harus konsentrasi ke dosen saja,” kata Asep kepada spiritnews.co.id, di acara Outing Class E- Commerce Institut STIAMI Kampus Kota Bekasi, di Rumah Makan Lesehan Karasa, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Menurut pria yang saat ini dipercaya menjadi Ketua Yayasan Bani Saleh Bekasi, Outing Class dapat dilakukan di semua mata pelajaran kuliah. Karena selama proses pembelajaran antara dosen dan mahasiswa dapat lebih membangun “kedekatan”, lebih fresh, dinamis, dan tentunya menyenangkan. Sehingga materi yang diajarkan tetap fokus pada tujuan sesuai mata kuliahnya, dan hasilnya akan sangat baik.
“Kalau belajar di luar kelas, mahasiswa ini bisa melihat keadaan bisnis seperti apa ? Dan keadaan lainnya, jadi mahasiswa lebih semangat belajarnya, namun tetap diarahkan untuk konsentari ke kuliah bisnis. Seperti yang dilakukan mahasiswa Institut STIAMI Kampus Kota Bekasi ini. Jadi hidup nuansa kuliahnya ada inovasi baru,” kata Asep yang sudah banyak merasakan asam dan manisnya terjun di dunia bisnis kuliner makanan Sunda yang kini sudah sukses memiliki 4 cabang restoran khas Sunda.
Narasumber lainnya yang sekaligus pebisnis muda sukses, Imam Pasuwaryantoro, mengatakan, Outing Class ini bisa dilakukan terus menerus tetap dilanjutkan oleh semua perguruan tingga di Kota Bekasi agar suasana perkuliahan mahasiswa jurusan bisnis bisa mempelajari dari pebisnis-pebisnis yang sudah sukses.
“Saat ini saya coba berbisnis online mengembangkan bisnis melalui aplikasi nyayur.co.id, kita mengelola hasil pertanian dari Jawa Tengah dari mulai mensuplai cabe, beras, semua pertanian dan perkebunan kita kelola, kita satukan jadi sisi sistem. Bagaimana masyarakat bisa membeli hasil pertanian dari satu sistem aplikasi, dan itu hasil bisnisnya luar biasa,” kata Imam yang saat ini tercatat aktif sebangai anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bekasi Raya.
Menurutnya, sejak menjalani bisnis pertanian melalui online, dia jadi mengetahui harga kebutuhan hasil pertanian, seperti contohnya, kenapa harga beras di Bekasi dan di Bandung berbeda ? Karena tidak ada yang memanagemen.
“Yang pertama, harus dilakukan para calon-calon pebisnis, khususnya bagi mahaiswa Institut STIAMI Jurusan Bisnis adalah etitut dan etika berbisnis nomor satu. Kita mau pintar dan memiliki nilai IPK bagus, tetapi kalau tidak punya etitut bisnis, kita akan terdepak dan akan habis pada waktunya,” tegasnya.
Kedua, silaturahmi dan membangun jaringan sebanyak-banyaknya. Dan ketiga, para calon pebisnis mahaisswa ini harus tau arah bisnisnya.
“Dengan adanya Outing Class ini bisa memunculkan para pemuda dalam mempersiapkan demografi 2020 – 2030. Bonus demografi ini suatu potensi yang bisa kita godok dan kelola menjadi satu, kekuatan Indonesia di masa depan, melihat anak-anak muda di luar kampus sudah menjalankan bisnis onlinenya yang sukses,” jelasnya.
Ketua Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Bekasi Raya, Wawan Hermawansyah, mengaku sejak jadi dosen tahun 2000, mahasiswa terjebak di dalam proses pembelajaran yang tidak balance, otomatis mahaiswa diberikan suasana belajar yang monoton di dalam kelas.
“Sehingga saya memiliki gagasan, dan melihat ini harus ada keseimbangan antara kuliah dalam teori dengan dunia kuliah nyata. Jadi mahasiswa itu jangan diberikan masukan-masukan oleh dosennya seolah ilmu dewa dan melangit,” kata Wawan, yang juga aktif Dosen Institut STIAMI Kampus Kota Bekasi.
Sehingga, kata Wawan, di dalam 14 kali pertemuan kuliah, ia yang membawa nama ADI Bekasi Raya menginginkan baik dipertengahan atau di akhir, mahasiswa itu diajak kuliah di luar kelas sesuai materai kuliahnya seperti jurusan bisnis, maka pertemukan mahasiswa dengan praktisi-praktisi yang sukses di lapangan maupun yang gagal.
“Kalau pengusaha yang sukses itu sudah umum, namun pengusaha yang gagal itu tidak akan dilirik sama orang, padahal yang gagal itu banyak sekali ilmunya, jadi mahasiswa STIAMI Bekasi banyak belajar dari yang gagal itu. Kenapa usahanya gagal ? Kenapa bisa gulur tikar ? Padahal dulunya sangat jaya, dan mahasiswa itu jangan alergi diskusi dengan pengusaha yang gagal,” ungkapnya.(sir)