Kabupaten Karawang, spiritnews.co.id – Edi Tarmudi (50) tak menyangka, bercandaannya berubah menjadi keseriusan membuat boneka yang beromset puluhan juta rupiah dalam sebulan.
Edi menjadi salah satu dari ratusan warga Desa Cikampek Utara, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat yang berkecimpung membuat boneka.
Bahkan, tempat Edi tinggal dikenal dengan Kampung Boneka yang terdiri dari Kampung Baru, Dusun Mekarjaya, dan Dusun Mekarsari. Sebagian besar warga di tiga dusun itu menjadi pengrajin boneka.
“Dulu sedang duduk di teras. Ada mobil yang lalu lalang membawa boneka. Kemudian saya bercanda ‘sini saya bantu’. Ternyata yang dibecandain merespon,” kata Edi mengungkapkan kenangannya, Selasa (3/9/2019).
Saat itu, kata Edi, ia diberi bahan untuk membuat boneka. Ia pun bingung sebab tak tahu cara membuat boneka dan tak punya mesin jahit.
“Saya nekat, dan belajar. Akhirnya bisa,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, omset pembuatan bonekanya pun mencapai puluhan juta rupiah. Kini, ia pun memperkerjakan puluhan karyawan. Mereka mengerjakan boneka-boneka sesuai dengan pesanan konsumen. Mulai dari yang berukuran kecil hingga besar. Ada juga matras, bantal leher, seat bealt, hingga gantungan kunci.
“Yang dipesan konsumen itu yang kami buat,” katanya.
Boneka buatannya kemudian di outlet boneka di dekat rumahnya hingga di kirim ke konsumen, baik di pulau Jawa hingga luar Jawa.
“Konsumen sudah ada. Mereka biasanya menjual kembali,” katanya.
Berawal dari Upakarti Soeharto
Edi menyebutkan keberadaan Kampung Boneka tak lepas dari Upakarti yang diberikan oleh Presiden Soeharto kepada Kadis, salah seorang sesepuh Desa Cikampek Utara dekitar tahun 1982. Penghargaan itu diberikan terhadap bisang kerajinan yang yang menghidupkan ekonomi masyarakat.
“Saat itu masih menggunakan limbah (konfeksi), namun sekarang pada tidak mau,” katanya.
Setelah itu, usaha boneka sempat mandek. Namun kemudian diteruskan oleh anak-anak Kadis, yang kemudian menular ke warga lain hingga muncullah Kampung Boneka. Ada juga pengrajin yang tenggelam, namun banyak pula yang muncul.
“Warga belajar, kemudian buka sendiri. Lama-lama banyak. Bahkan di dusun ini sebagian besar warganya berkecimpung membuat boneka,” katanya.
Edi menyebutkan, saat ini warga di Dusun Mekarjati, kebanyakan membuat boneka di rumah mereka. Namun ada juga yang bekerja di tetangganya.
“Karyawan minimal dua. Tidak ada maksimalnya. Kadang jikia disini kerjaan sedang tidak ada, mereka bergeser ke tempat lain,” katanya.
Selain rumah-rumah tempat membuat boneka, di tiga dusun Desa Cikampek Utara juga bayak ditemukan outlet boneka, hingga toko bahan boneka.
“Perekonomian dari boneka berputar di sini,” katanya.
Kendala
Edi menyebutkan hingga saat ini belum ada penetapan standar harga boneka di Kampung Boneka itu. Harga ditentukan oleh masing-masing pengrajin dengan outlet atau penampung boneka.
“Harga tidak mesti sama. Ada yang banting harga,” ungkapnya.
Meski perputaran rupiah di Kampung Boneka cukup menjanjikan dan pengiriman boneka di lakukan ke kota-kota di luar Jawa bahkan hingga ke Papua, pengrajin belum bisa ekspor. Alasannya, boneka yang dibuat oleh kebanyakan pengarajin di desa itu bukan karakter yang diciptakan sendiri.
“Kami buat yang sudah populer karena itu permintaan konsumen. Pernah buat karakter khas, namun kurang laku,” ucapnya.(ybs)