Kang Jimmy : Wallahi, Saya Tidak Antipati Terhadap Pendatang

  • Whatsapp
spiritnews.co.id

Kabupaten Karawang, sipiritnews.co.id – Wakil Bupati Karawang H. Ahmad Zamakhsyari atau yang akrab disapa Kang Jimmy menghadiri pengajian rutin dipadukan dengan pemberian santunan kepada 150 anak yatim yang dilaksanakan oleh PT Gokko Mirai Indonesia, Jumat, (20/09/19), di Kantor PT Gokko Mirai Indonesia, Kelurahan Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang.

Pada kesempatan itu, Kang Jimmy mengaku tidak antipati terhadap warga luar Karawang (pendatang). Bahkan ia berani bersumpah dengan mengucapkan “Wallahi” atas pernyataanya tersebut.

Bacaan Lainnya

Kang Jimmy juga menceritakan sejarah singkat Kabupaten Karawang sampai dengan pada kesimpulan alasan, jika orang Karawang tidak boleh benci terhadap para pendatang atau warga luar Karawang.

“Karawang merupakan perlintasan etnis budaya dan agama. 200 tahun sebelum Rasulullah dilahirkan sudah ada kehidupan di Karawang. Kehidupan masyarakat di era Raja Mulawarman, Raja Tarumanagara. Yaitu kerajaan tertua kedua setelah Kerajaan Salaka Negara,” kata Kang Jimmy.

Menurutnya, kerajaan Tarumanagara membuat sarana transportas 1.126 tumbak, namanya Sungai Citarum. Sayangnya Tarumanagara saat itu hidup di masa fatroh, masa kekosongan nabi. Nabi Isa Alaihissalam sudah wafat, Nabi Muhammad SAW belum dilahirkan ke alam dunia.

Tapi bukan berarti mereka tidak memiliki Tuhan. Namanya Sanghiyang Dengdek, tempatnya nyembahnya di Batujaya, maka lahir-lah Situs Candi Jiwa. Ini fase kehidupan pertama masyarakat Karawang, fase kepercayaan animism.

Kehidupan kedua Karawang, adalah kehidupan orang-orang etnis Tionghoa. Jadi mohon maaf, kalau ada orang Karawang selalu bicara anti Cina, padahal kenyataannya dulu orang Cina sudah singgah duluan di Karawang, dengan bahasa Rasulullah : “Tuntut-lah ilmu sampai ke Negeri Cina”.

“Kita harus mengakui apa yang disampaikan Rasulullah ini. Karena ternyata di Cina ada peradaban yang hebat, di Cina ada ketekunan,” katanya.

Di Karawang pada abad 8-9 M, kata Kang Jimmy, datang Panglima Perang dari daratan Cina namanya Laksamana Cengho. Lama di Karawang, maka melahirkan Kelenteng Agung Sian Djin Kupoh, yang setiap tahun baru imlek bukan hanya didatangi Cina di Karawang, tapi semua etnis di Indonesia datang semuanya ke sini. Bahkan di Sian Djin Kupoh itu ada Cina asal Singapur segala, datang hanya untuk sembahyang.

Maka pantas kalau di Tuparev ada kampung yang namanya Santiong, di Johar ada namanya Cinangoh. Ini kehidupan kedua Karawang, hadirnya etnis Cina di Karawang.

Baru pada abad 10 M, ulama besar dari Campa Vietnam yang bernama Syekh Hasanuddin atau Syekh Mursyahaadtillah atau hari ini biasa kenal sebutan Kanjeng Syekh Quro Pulobata datang ke Karawang menyebarkan islam pertama di atas tanah Pulau Jawa.

Membangun masjid agung pertama, bukan Masjid Agung Demak, bukan Masjid Agung Banten, tapi masjid pertama yang dibangun di tanah jawa adalah Masjid Agung Tanjungpura.

“Nama kampung kita dulu ini Tanjunpura pak. Terus kapan berubah menjadi Karawang, manakala pada abad ke 12-15 M terjadi pertempuran yang aha dahsyat antara Sultan Agung Mataram berjihad dan berjuang melawan Belanda. Dan Sultan Agung Mataram mendaratkan semua kapal pesiar dan kapal perangnya di laut Karawang, tepatnya di Pantai Ciparage,” ujarnya.

Sultan Agung Karawang kalah melawan Belanda. Kenapa? Karena tingkat kedisiplinan prajuritnya yang selalu mengedepankan ghonimah atau harta rampasan perang. Akhirnya Sultan Agung memerintahkan Adipati Wirasaba untuk melanjutkan perjuangan.

Tapi Wirasaba hanya bertahan 6 bulan. Balik ke wilayah Berebes Jawa Tengah, kemudian diteruskan oleh Adipati Singaperbangsa. Dan dari sana beliau ditetapkan sebagai Bupati pertama Karawang. Sekaligus berubah nama Kampung Tanjungpura menjadi Karawang.

Maka pantas Soekarno menuliskan naskah Proklamasi di tanah Karawang, bukan ditulis di Istana Bogor atau Jakarta. Kenapa harus di Karawang? Karena Karawang adalah tanah yang tua, tanah yang sudah ada kehidupa sebelum Rasulullah SAW dilahirkan. Lahirlah naskah Proklamasi Indonesia.

Dijelaskannya, sejarah Karawang ini harus ia ceritakan, agar sejarah menjadi sebuah tanda supaya setiap manusia berpikir.

“Jadi kalau orang Karawang alergi dengan pendatang, ya jangan jadi orang Karawang. Wallahi, saya tidak anti pendatang. Silahkan orang pendatang datang ke sini (ke Karawang), hidup makmur bahagia sejahtera, mangga silahkan,” tuturnya.

“Betul saya menginginkan Orang Karawang bisa masuk kerja di perusahaan. Tetapi saya juga harus mengakui dengan jujur bahwa rakyat saya etitude-nya, semangatnya kalah dengan orang jawa. Sakit sedikit, tetangga hajatan nagggap orang tunggal malah gak masuk kerja, izin gak masuk kerja,” tambahnya.

Atas persoalan masih ada sebagian warga Karawang yang memiliki etitude dan semangat kerja yang kurang baik ini, Kang Jimmy meminta agar orang Karawang bisa membuktikan kepada orang luar tentang semangat kerjanya.

“Karena yang bisa merubah nasib kita itu (Karawang, red), ya orang Karawang sendiri. Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, termasuk nasib kita semua. Sehingga diri kita sendiri yang merubahnya,” terang Wabup Jimmy, sambil mengutip Al-qur’an Surat 13 : 11.

“Jadi harus adil, kalau orang Karawang ingin masuk kerja, maka orang Karawang harus punya etitude dan semangat kerja yang mumpuni. Jadi gak boleh kayak begini (malas, red). Yang terlahir di tanah Karawang harus bangga jadi orang Karawang. Karena gak ada Indonesia kalau gak ada Rengasdengklok Karawang,” ungkapnya.(sir)

Pos terkait