Kabupaten Sintang, spiritnews.co.id – Kabupaten Sintang saat ini emergency bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), karena terdapat 17 titik api.
“Sebulan yang lalu kita panen titik apinya di Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah. Dua minggu terakhir ini kita panennya di Serawai dan Ambalau, 17 titik api ini di Serawai dan Ambalau,” kata Bupati Sintang Jarot saat memimpin rapat dalam rangka penanggulangan bencana asap akibat Karhutla di Gedung Pancasila Sintang, Senin (23/9/2019).
“September tahun lalu tidak ada asap. Tahun ini, tanggal 5 September ada 699 titik api. Kita menduduki ranking ke 2 dibawah Ketapang,” tambah Jarot.
Dikatakan, akibat kejadian ini sudah ada 15 perusahaan sudah disegel. “Ada yang di wilayah konsesi, di arel yang belum GRTT tetapi ini kan di wilayah konsesinya kebun, tanggung jawab kebun. Berani minta izin operasi tapi tanggung jawabnya untuk jaga lokasinya, meskipun masyarakat yang bakar lalu jadi besar, kebun kita anggap kita anggap melakukan kelalaian,” katanya.
Sesuai Peraturan Bupati nomor 57 tahun 2018, kata Jarot, untuk menjaga lingkungan hidup. Namun, aturan ini tidak sesuai dengan kondisi lapangan.
“Kepala desa harus lebih intens mensosialisasikannya ke masyarakat. Ini kearifan lokal,” jelasnya.
Kapolres Sintang, AKBP Adhe Hariadi, mengatakan, Polres Sintang sudah banyak melakukan pencegahan Karhutla melalui dengan sosialisasi door to door terkait larangan Karhutla. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat, memasang banner larangan Karhutla, membuat pamflet himbauan larangan Karhutla.
“Kami juga sosialisasi Karhutla melalui sosial media dan membuat maklumat kepolisian. Selain melakukan pencegahan, kami juga melakukan penindakan melalui giat preventif yaitu dengan melakukan apel gabungan penanganan Karhutla, melaksanakan patroli gabungan dan melaksanakan pengecekan dan pemadaman titik api,” kata Adhe.
Ia berpesan agar kepala desa, camat, kapolsek dan danramil melakukan himbauan agar Karhutla ini tidak terjadi.(gaol)
