Kabupaten Karawang, spiritnews.co.id – “Budak (anak) Gunung Loncat Menata Kota, Insya Allah Karawang Berkah”. Inilah yang menjadi tagline atau motivasi bagi H. Jenal Arifin untuk serius maju mencalonkan diri sebagai calon bupati dalam perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 mendatang.
“Dengan tagline Budak Gunung Loncat Menata Kota, Insya Allah Karawang Berkah, menjadi motivasi saya untuk maju sebagai calon Bupati Karawang. Saya akan tunjukkan bahwa Budak Gunung mampu untuk menata kota dengan konsep-konsep pembangunan pro rakyat dan adil,” kata Jenal saat berbincang dengan wartawan spiritnews.co.id dan wartawan baskomnews.com, di Rumah Makan Hj. Neng, di Jalan Lamaran, Kelurahan Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Jumat (27/9/2019).
Menurut Jenal, arah pembangunan Kabupaten Karawang harus jelas dengan tiga prinsip, yaitu, mau dibawa kemana ? mau lewat jalan mana ? dan durasinya berapa lama ? Tiga hal inilah yang akan ia bedah ketika diizinkan Allah SWT menjadi pemimpin di Karawang.
“Pembangunan Karawang ini harus jelas, mau dibawa kemana, biar jelas arahnya. Mau lewat jalan mana, agar tujuan pembangunan itu lebih cepat dapat dinikmati masyarakat. Dan durasinya berapa lama. Artinya, masyarakat tidak harus menunggu lama pembangunan tersebut,” jelasnya.
Ia mengaku, akan memanage Kabupaten Karawang dengan baik, seperti dia memanage empat perusahaan miliknya.
“Contoh, uang perusahaan itu adalah uang perusahaan bukan milik saya. Karena uang itu akan digunakan untuk kebutuhan perusahaan, salah satunya untuk mensejahterakan karyawan dengan membayar gaji. Kepada karyawan saya selalu tekankan agar tidak mencuri perusahaan. Karena si pencuri berdosa dan tidak akan berkah. Sama halnya dengan mengelola pemerintahan. Jangan ‘mencuri’ uang APBD karena itu hak rakyat. Dana APBD untuk pembangunan agar masyarakat sejahtera,” tegasnya.
Kaitan dengan angka pengangguran di Karawang yang sangat tinggi, kata Jenal, ketika ia menjadi Bupati Karawang akan membangun komunikasi yang sopan, ramah dan baik dengan perusahaan dengan cara mendatangi perusahaan untuk menjalin silaturahmi ke perusahaan dengan membawa oleh-oleh agar komunikasi atau sharing lancar.
“Kalau saya jadi bupati, saya akan menyurati perusahaan secara tertulis untuk meminta waktu bersilaturahmi. Soal waktunya, biar perusahaan yang menentukan. Pemimpin itu tidak boleh seperti preman, dengan melakukan sidak (inspeksi mendadak). Ini tidak akan membuat perusahaan nyaman beroperasi di Karawang. Kalau perusahaan itu hengkang dari Karawang, yang rugi siapa ? Kan…masyarakat Karawang yang rugi,” tegasnya.
“Kalau sudah waktunya tepat untuk bareng-bareng, bupati itu harus melakukan beberapa hal, diantaranya, berterimakasih kepada perusahaan telah memilih Kabupaten Karawang sebagai tempat beroperasi, dan bertanya ke perusahaan tenaga ahli apa yang dibutuhkan. Kalau dengan cara seperti ini, Insya Allah penyerapan tenaga kerja 10 orang per perusahaan per tahun akan tercapai. Di Karawang kurang lebih 1.500 peruahaan, kalau 10 orang, maka akan ada 15.000 orang rakyat Karawang yang terserap kerja di perusahan. Jadi pemimpin itu harus santun,” tambahnya.(sir)